Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj saat mengisi Simposium Nasional Islam Nusantara Unusia, Sabtu (8/2) di Gedung PBNU Jakarta. (Foto: NU Online/Suwitno)
"Maka bisa moderat kalau cerdas," kata Kiai Said saat menjadi pembicara kunci dalam Simposium Nasional Islam Nusantara yang diselenggaralan Fakultas Islam Nusantara (FIN) Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Sabtu (8/2).
Dalam konteks Indonesia, Wali Songo berhasil membangun prinsip-prinsip wasatiyah atau moderat, yakni dengan membangun hubungan yang harmonis antara akidah, syariat, dan budaya setempat yang tidak bertentangan dengan syariat.
Bahkan, sambung Kiai Said, Wali Songo menjadikan budaya sebagai insfrastruktur agama sehingga mampu menarik perhatian masyarakat yang belum masuk Islam menjadi Muslim.
"Ini luar biasa. Kalau gak cerdas gak mungkin," ucap kiai alumnus Universitas Ummul Qura Mekkah, Arab Saudi itu.
Warisan dari Wali Songo itu dilanjutkan oleh ulama setelahnya, termasuk oleh Pendiri NU Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari dalam membela tanah air dengan jargon hubbul wathon minal iman.
Lebih lanjut, katanya, Mbah Hasyim Asy’ari menyatakan bahwa barang siapa meninggal karena membela negaranya, maka meninggal dalam keadaan syahid.
"Mati dengan semangat nasional itu syahid. Ini ijtihad Mbah Hasyim," ucap kiai yang juga Pengasuh Pesantren Luhur Al-Tsaqafah Ciganjur, Jakarta Selatan itu.
Selain Kiai Said, simposium yang mengusung tema 'Islam Nusantara dan Tantangan Global' ini diisi oleh para pakar di bidangnya masing-masing. Mereka ialah KH Yahya Cholil Staquf, Prof Azyumardi Azra, Fachry Ali, KH Ng Agus Sunyoto, Prof Susanto Zuhdi, dan Ahmad Suaedy.
Pewarta: Husni Sahal