Kiai Zakky Mubarak Beberkan Amalan yang Menggugurkan Pahala Ibadah
Kamis, 30 Maret 2023 | 16:00 WIB
Jakarta, NU Online
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Zakky Mubarak mengatakan, dalam melaksanakan ibadah, seorang Muslim tidak hanya dituntut untuk menjalankan semua kewajiban ibadah dengan benar, tetapi juga harus menjauhi hal-hal yang bisa menggugurkan pahala ibadah.
"Jika kita hanya memperhatikan kewajiban beribadah tanpa mengetahui hal-hal yang dapat menggugurkan pahalanya maka kita akan mendapat kerugian besar," kata Kiai Zakky, dalam tausiyah digitalnya dikutip NU Online, Kamis (30/3/2023).
Ia kemudian membeberkan beberapa contoh amalan yang dapat menggugurkan pahala ibadah seorang Muslim, antara lain takabur, hasad, dan orang yang enggan introspeksi diri.
"Kata Nabi saw: Orang yang menderita bangkrut berat dari umatku adalah orang yang dibangkitkan di hari akhir dengan membanggakan amal ibadahnya yang banyak. Ia datang dengan membawa pahala shalatnya yang begitu besar, pahala puasa, pahala zakat, sedekah, amal dan sebagainya. Tetapi kemudian datang pula menyertai orang itu, orang yang dulu pernah dicaci maki, pernah dituduh berbuat jahat, orang yang hartanya pernah dimakan olehnya, orang yang pernah ditumpahkan darahnya," jelas dia mengutip salah satu hadits Nabi saw.
Kebangkrutan yang dimaksud Nabi saw, terang dia, adalah pahala yang telah mereka kumpulkan habis sia-sia karena perbuatan tidak terpuji yang dilakukannya.
“Semua mereka yang dianiaya orang tersebut, dibagikan amal-amal kebaikannya, sehingga amal kebaikannya habis. Setelah amal kebaikannya habis, maka diambillah dosa dan kesalahan dari orang-orang yang pernah dianiaya, kemudian dilemparkan kepadanya kemudian dicampakkannya orang itu ke dalam neraka,” terang kiai kelahiran Cirebon itu.
Dijelaskannya, sebanyak apapun kebaikan yang mereka tanam, akan hilang sia-sia untuk menutupi kesalahan lain yang telah diperbuat.
“Dengan demikian pahala kebaikannya tidak tersisa sedikitpun, sedang keburukannya terus semakin bertumpuk, selain dosanya sendiri ditimpakan padanya juga, dosa orang lain yang pernah disakitinya dahulu,” paparnya.
Hadis Nabi di atas, menurut Kiai Zakky, memperingatkan umat Muslim agar terus melakukan koreksi/instropeksi diri, yang seringkali dilupakan setiap orang.
“Kita begitu mudah mengoreksi dan mencari kesalahan serta dosa orang lain, tetapi tidak pernah mencari kekurangan pada diri kita,” ucap dia.
Sebab, lanjut dia, manusia sering tidak menyadari, bahwa perbuatan yang dilakukannya itu dapat menyakiti, menganiaya, menipu, bahkan bisa menyulitkan orang lain. Padahal hakikatnya, amal yang banyak akan percuma jika diiringi dengan perbuatan-perbuatan yang tidak terpuji.
“Jadi, hadits Nabi di atas memperingatkan kita agar bersikap kritis, baik aktivitas yang dilakukan orang lain maupun yang dilakukan diri kita, sehingga kita bisa memperhitungkannya dan tidak tergolong orang-orang yang bangkrut,” imbuh dia.
Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Kendi Setiawan