Kiai Zulfa Mustofa: Cara Cepat Jadi Wali adalah Mengajar Ngaji
Senin, 22 Januari 2024 | 13:30 WIB
Waketum PBNU KH Zulfa Mustofa saat menyampaikan ceramah dalam Peringatan Haul Ke-34 KH Abdul Mu’thi dan KH Mohammad Ihsan di Pondok Pesantren Ihyaul Ulum Manyar, Sekaran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, pada Ahad (21/1/2024). (Foto: Muhammad Nur Rofiq)
Lamongan, NU Online
Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Waketum PBNU) KH Zulfa Mustofa mengungkapkan, cara cepat menjadi wali atau kekasih Allah dengan mengajar ngaji sebagaimana yang dilakukan para kiai NU selama ini.
Hal itu diungkapkan Kiai Zulfa saat ia menghadiri Peringatan Haul Ke-34 KH Abdul Mu’thi dan KH Mohammad Ihsan di Pondok Pesantren Ihyaul Ulum Manyar, Sekaran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, pada Ahad (21/1/2024).
Pada kesempatan itu, Kiai Zulfa mengatakan bahwa NU merupakan organisasi Islam yang memiliki ulama paling banyak dan paling lengkap. Para ulama di lingkungan NU dikenal sebagai ahli wirid dan riyadhah.
"Kiai-kiai semacam ini di Nahdlatul Ulama jumlahnya sangat banyak, sampai tingkat kecamatan hingga desa itu sangat banyak kiai-kiai keramat yang doanya mustajabah sampai sekarang," lanjut Kiai Zulfa.
Bahkan, para ulama ahli wirid dan riyadhah di kalangan NU itu pun sering kali tak dikenal masyarakat. Padahal, para ulama tersebut adalah orang yang doanya mustajabah.
Meski begitu, Kiai Zulfa mengungkap bahwa ulama yang paling banyak di Nahdlatul Ulama adalah mereka yang bergerak di dunia pendidikan, misalnya dengan mendirikan pesantren dan madrasah.
"Ulama yang dikatakan keramat adalah ulama yang mengajar mengaji secara istiqamah sampai sepanjang hidupnya meskipun dengan gaji yang sangat kecil. Salah satu cara jalan yang paling cepat menjadi wali adalah duduk mengajar mengaji di madrasah. Makanya wali paling banyak adalah dari jalan jalur mengajar mengaji,” ungkap Kiai Zulfa.
Para ulama yang bergerak di bidang pendidikan dengan mendirikan pesantren dan madrasah itu adalah mereka yang membuat anak-anak generasi NU bisa membaca Al-Qur’an dan memiliki tata krama.
“Pelajaran dari huruf hijaiyah, makharijul huruf, (kitab) Akhlak Lil Banin. Dari sinilah anak-anak kita kemudian bisa membaca Al-Qur'an, paham sopan santun dan tata krama,” tutur Kiai Zulfa.
Sebagai informasi, Peringatan Haul Ke-34 KH Abdul Mu’thi dan KH Mohammad Ihsan di Pondok Pesantren Ihya'ul Ulum Manyar juga dihadiri oleh KH Muhammad Toha dari Gresik, Ketua PCNU Babat KH Makmun Afandi, dan Rais Syuriyah MWCNU Sekaran KH Abu Na’im.
Atas kehadiran para tokoh tersebut, Pengasuh Pondok Pesantren Ihyaul Ulum KH Nurul Utsman menyampaikan ucapan terima kasih karena pihaknya mendapat keberkahan.
“Kami mengucapkan banyak terima kasih, atas kedatangan para tamu undangan. Semoga dalam majelis haul ini, pondok pesantren mendapatkan keberkahan dan kebermanfaatan ilmu bagi para santri-santriwati,” ucap Kiai Nurul Utsman.
Kontributor: Muhammad Nur Rofiq