Kisah AGH Sanusi Baco Ulama Kharismatik Pemerhati Hak-hak Perempuan
Jumat, 21 Mei 2021 | 13:30 WIB
Jakarta, NU Online
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Anregurutta KH (AGH) Sanusi Baco berpulang keharibaan Allah SWT pada Sabtu (15/5) lalu. Kepulangannya menyisakan duka mendalam di hati masyarakat islam Indonesia khususnya warga Nahdliyin.
AGH Sanusi Baco merupakan tokoh ulama kharismatik yang sangat berjasa mengembangkan ajaran Islam yang damai, sejuk, dan membahagiakan. Dakwahnya selalu dihiasi ajakan peningkatan kualitas iman dan amal shaleh yang mengedepankan moralitas dan kemanusiaan. Selain itu, diketahui beliau juga menaruh perhatian besar terhadap kesetaraan kaum perempuan.
Perhatian tersebut terefleksi ketika beliau memberikan tausiah bertajuk Peran Sosial Perempuan dalam Perspektif Al Qur'an di kanal Youtube Muslimat NU Official pada bulan Ramadhan lalu. Ia mengingatkan kepada Ibu Muslimat NU agar senantiasa bermenung atas kejadian-kejadian kelam yang menimpa kaum perempuan di zaman jahiliyah.
"Di dalam Al-Qur'an bahwa Muslimat berfungsi sebagai sumber kebahagiaan dalam rumah tangga dan sumber kebahagiaan dalam masyarakat," kata Ketua MUI Sulawesi Selatan ini.
Ia menerangkan, jika di pelajari dengan sungguh-sungguh dan teliti perhatian Al Qur'an kepada perempuan sangatlah intens dan mendalam sehingga ada salah satu surat dalam Al Qur'an yaitu Surat An-Nisa yang memiliki arti perempuan.
Maka, dari itu KH Sanusi Baco berharap peran Muslimat NU sebagai organisasi perempuan berpengaruh dapat meneladani apa yang telah disampaikan Al-Qur'an serta mampu mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Lebih lanjut, Pengasuh Pondok Pesantren Nahdlatul Ulama Sulawesi Selatan ini, menceritakan salah satu kisah dari buku yang ia miliki yaitu, keajaiban cinta kasih seorang ibu kepada anaknya, lewat tutur kata yang lembut nan indah ia mengatakan bahwa, Ibu adalah penghibur di kala anaknya berduka, Ibu adalah penghibur di kala anaknya putus asa, dan Ibu adalah sumber kekuatan di kala anaknya lemah tak berdaya.
"Bahkan, mantan Presiden Amerika David Dwight Eisenhower pernah ditanya buku apa yang paling besar yang pernah bapak dibaca? Dia bilang, buku yang paling besar yang pernah saya baca ialah ibuku dan sampai hari ini buku itu belum pernah tamat," paparnya.
Lalu, AGH Sanusi Baco pun membagikan kisah masa remajanya ketika ia terpaksa pulang dari pondok pesantren karena adik perempuannya wafat yang juga mempengaruhi kondisi kesehatan ibunya hingga akhirnya meninggal di tahun yang sama.
"Yang selalu saya baca adalah sosok Ibu, karena di usia saya yang ke-12 Ibu meninggal. Namun, selama hidupnya saya tidak pernah melihat keningnya mengernyit sekali pun kita hidup di zaman Jepang dalam masa penderitaan bangsa Indonesia," tutupnya.
Kontributor: Syifa Arrahmah
Editor: Fathoni Ahmad