Suci Amaliyah
Kontributor
Malang, NU Online
Pengasuh Pesantren Luhur Baitul Hikmah Malang, Gus Dhofir Zuhry menjelaskan bahwa dalam redaksi Al-Quran, kata Ibu dimaknai dalam berbagai perspektif. Pertama, dalam Al-Qur’an disebutkan waummuhu shiddiqah (karakter yang konsisten dan jujur) yang artinya Ibu adalah sosok yang jujur dan konsisten meskipun hidup diterpa oleh godaan.
Ibu seperti ini digambarkan oleh Gus Dhofir seperti sosok Ibunda Nabi Isa As yakni Siti Maryam yang dituduh melahirkan di luar nikah. Dalam situasi dan kondisi tersebut, Siti Maryam tidak mencaci maki dan tidak responsif. Siti Maryam justru berkata: "Aku sudah berjanji kepada Tuhan untuk puasa".
Redaksi kedua disebutkan Faradadnahu ila ummihi kay taqarra aynuha wa la tahzana (Maka kami kembalikan Nabi Musa keharibaan ke pangkuan Ibunya agar pandangannya jernih, damai dan tenang). Ini artinya, lanjut Gus Dhofir, Ibu bahagia melihat anaknya bahagia, menderita melihat anaknya menderita sehingga tidak boleh menyakitinya.
“Makna luasnya yakni (kita) diibaratkan kampung halaman, ekosistem, lingkungan atau negara Indonesia yang tidak boleh disakiti,” lanjut Penulis buku Nabi Muhammad bukan Orang Arab itu dalam diskusi muslimah reformis bertajuk Perempuan Menghayati dan Mengamalkan Idul Fitri pada Sabtu (8/5) siang.
Redaksi ketiga, Litundzira ummal qura man khaulaha. Ibu di sini bermakna penduduk, Ibu kota dan orang-orang di sekitar (kita). “Artinya, Ibu sebagai madrasah sama persis seperti peranan Ramadhan sebagai pendisiplinan tempat kita me-recharge untuk menghadapi (Ramadhan sesungguhnya) selama 11 bulan nanti,” kata pendiri Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Al-Farabi, Malang, Jawa Timur ini.
Gus Dhofir menjelaskan bahwa Ibu sebagai madrasah artinya sosok pendidik. Sedemikian istimewanya seorang Ibu sehingga muslimah milenial patut mencerdasi hal ini sebab salah satu tugas di bulan Ramadhan ini adalah mendayagunakan energi fisik.
Sehingga ia mengatakan bahwa bahwa makna Idul Fitri adalah kembali mencium tangan Ibu sebab Tuhan akan membukakan ampunan. Artinya, momentum Idul Fitri berarti memaknai kehadiran Ibu (jika masih ada) mendoakan, memuliakan serta merawat warisannya.
“Setiap kita rindu bau tanah di mana kita lahir, desir ombak, kemudian suasana rumah di mana kita tumbuh sehingga rindu kepada Ibu yang melahirkan (orangtua) dan Ibu pertiwi (Indonesia) tanah kelahiran kita,” terangnya
Kontributor: Suci Amaliyah
Editor: Muhammad Faizin
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua