Kitab Tuhfatul Qaashi wa Addaani, Kupas Biogafi Syekh Nawawi Al-Bantani
Kamis, 23 Desember 2021 | 10:30 WIB
Peluncuran buku Tuhfatul Qaashi wa Addaani Rabu (22/12/2021) karya Katib Syuriyah PBNU KH Zulfa Musthofa. (Foto: istimewa)
Bandar Lampung, NU Online
Katib Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Zulfa Musthofa meluncurkan buku Tuhfatul Qaashi wa Addaani, Rabu (22/12/2021). Kiai Zulfa Musthofa mengatakan, penulisan buku yang merupakan biografi Syekh Nawawi Al-Bantani tersebut bertujuan untuk memunculkan kembali manuskrip para ulama Nusantara yang saat ini satu persatu sudah mulai tidak bisa ditemukan lagi. Dengan adanya Kitab tersebut ia berharap para pembaca maupun santri menemukan pembelajaran dari sosok Syekh Nawawi Al-Bantani.
"Kitab ini merupakan kitab ketiga yang saya tulis semasa pandemi. Dalam bait keempat kitab ini saya sebut tujuan penulisan kitab in, untuk memunculkan manuskrip ulama besar tersebut, karena belum ada yang menuliskan secara lengkap biografi beliau dalam Bahasa Arab," papar Kiai Zulfa.
Ia menjelaskan bahwa kitab Tuhfatul Qaashi wa Addaani tersebut merupakan kitab sederhana, namun layak untuk dibaca. Menurutnya kitab tersebut menggunakan gaya klasik dan modern, sehingga menyesuaikan pembaca.
"Kitab ini menggunakan gaya klasik dan modern, semoga gampang dihafal oleh santri," ujarnya.
Selain berisi nadzom, para santri juga dapat mengambil pelajaran dari Syekh Nawawi Al-Bantani, karena ia merupakan sosok inspirator berdirinya Nahdlatul Ulama. Banyak gagasan Syekh Nawawi yang memberikan pembelajaran mengenai moderasi beragama, dan rasa cinta terhadap tanah air.
"Semoga kitab ini bermanfaat saya ingin menutup dengan syair, saya ber-NU bersama para masayikh sesungguhnya saya berharap bersatu dengan ulama yang memberi faedah, jika tulisan saya ini masih banyak kekurangan, barangkali semoga saja banyak orang mulia yang memberikan koreksi dan tambahan," ungkap KH Zulfa Mustofa.
Mustasyar PBNU, KH Ma’ruf Amin yang juga keturuan Syekh Nawai Al-Bantani mengatakan bersyukur memiliki ulama seperti Syekh Nawawi Al-Bantani, karena memiliki ratusan karya. "Beliau penyusun kitab berbahasa Arab terbesar," kata Kiai Ma'ruf Amin.
Kiai Ma’ruf menjelaskan bahwa Syekh Nawawi Al-Bantani merupakan orang Jawa yang ahli fiqih dengan mazhab Syafii. Ia memiliki ilmu tasawuf yang unggul.
Kiai Ma’ruf memaparkan bahwa pernah ada seseorang mahasiswa menulis tesis tentang Muhammad Nawawi dan metode penafsirannya. Dalam tesisnya menjelaskan Syekh Nawawi memiliki penafsiran tesendiri dengan melakukan telaah ulang terhadap pendapat yang sudah ada.
Kontributor: Siti Maulida
Editor: Kendi Setiawan