Kolaborasi Konten, Pemred NU Online dan Muhammadiyah Saling Berbagi Cerita soal Redaksi
Jumat, 13 Oktober 2023 | 21:00 WIB
Jakarta, NU Online
Pemimpin Redaksi NU Online Ivan Aulia Ahsan dan Pemimpin Redaksi Muhammadiyah.or.id Macchendra Setyo Atmaja melakukan kolaborasi konten melalui siaran langsung di Instagram (nuonline_id & lensamu), pada Jumat (13/10/2023).
Pertemuan virtual di Instagram itu merupakan kolaborasi awal yang akan dilanjutkan dengan kolaborasi konten secara reguler di platform youtube.
Baca Juga
NU Online Resmi Terverifikasi Dewan Pers
Meski kolaborasi konten di Instagram bertajuk 'NU vs MU' tetapi obrolan dari kedua Pemred Media resmi ormas Islam terbesar di Indonesia itu sangat hangat. Mereka saling bertukar canda.
Mereka memulai pembicaraan dengan hal-hal yang remeh-temeh, di antaranya menanggapi komentar warganet mengenai penampilan Pemred NU Online yang justru tidak memakai peci hitam seperti Pemred Muhammadiyah.or.id, padahal peci hitam itu identik dengan kultur NU.
Pembicaraan terus dilakukan dengan canda-tawa sampai keduanya saling bertanya mengenai awal berdiri media masing-masing. Awalnya, Hendra mengaku bahwa NU Online merupakan media digital yang cukup tua karena didirikan sejak 2003. Lalu Ivan menjelaskan lebih lanjut soal perkembangan NU Online.
"NU Online sudah 20 tahun sebagai media digital. Awalnya NU Online media untuk memberitakan organisasi,. Seiring perkembangan waktu, ternyata kita butuh memberitakan berita yang lebih luas," ucap Ivan.
"Akhirnya (NU Online) mengembangkan jaringan pemberitaan dan cakupannya. Kita menurunkan berita-berita umum terkait isu sosial, politik, kebudayaan. Kami pikir jamaah tidak hanya ingin tahu kabar organisasi tapi juga pandangan organisasi atas sesuatu," lanjut Ivan.
Baca Juga
Beda NU dan Muhammadiyah
Hendra lalu bertanya kepada Ivan, siapa yang awalnya menginisiasi berdirinya NU Online? Ivan menjawab, NU Online diinisiasi oleh orang banyak dan memiliki kamar redaksi tersendiri.
"NU Online memang media resmi, tapi pengurus PBNU memahami bahwa ada hal yang tidak bisa dicampuri, yaitu newsroom (kamar redaksi). Kalau newsroom keputusan redaksional. Kalau pengurus bisa ganti-ganti tapi kamar redaksi ini ketat. Akhirnya itu juga menurut saya menimbulkan respect tersendiri dan kalau mau intervensi mereka menahan diri," jelas Ivan.
Ivan merasa bersyukur para pendiri NU Online telah menanamkan paradigma seperti itu, kamar redaksi yang tak bisa diintervensi. Meski begitu, NU Online juga tahu diri dan tak egois.
"Kita juga tahu diri dan tidak egois hanya mementingkan kepentingan newsroom, tapi bisa menemukan titik tengah antara kepentingan PBNU dan redaksi NU Online. Ini sudah berjalan 20 tahun. Salah satu yang membuat bertahan salah satunya itu," kata Ivan.
Ia yang baru satu tahun bertugas sebagai Pemred mengaku bahwa sumber daya manusia (SDM) di NU Online sudah sangat mumpuni. Bahkan, keredaksian di NU Online pun sudah cukup profesional. "Jadi 20 tahun ini lumayan tua untuk ukuran media digital," jelasnya.
Lalu bagaimana Muhammadiyah.or.id dilahirkan? Begitu tanya Ivan ke Hendra. Lalu Hendra menjelaskan bahwa media resmi Persyarikatan Muhammadiyah itu pada mulanya digerakkan oleh para aktivis muda, antara lain dari para aktivis di Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).
Awalnya, para aktivis muda IMM dan IPM itu membuat template situsweb yang lalu disodorkan kepada para pimpinan pusat Persyarikatan Muhammadiyah.
"Itu awal 2004-2005. Setelah gempa bumi 2006 di Jogja, kita ketemu lagi. Jadi sudah ada desain template tapi belum ada keredaksian. Setelah 2006, sepakat lah membuat alur pemberitaan. Tapi waktu itu masih dianggap tidak resmi," katanya.
Saat menyodorkan template itu, Hendra dkk meyakinkan para petinggi Muhammadiyah bahwa media sangat penting untuk bisa menjadi alat Persyarikatan terkait informasi yang bisa disebarkan ke Indonesia dan bahkan dunia.
"Itu di bawah Pak Din (Syamsudin). Kita bolak-balik. Karena di PP tidak semua satu suara. Jadi harus dalam rapat bersama. Tidak bisa langsung diputuskan. Akhirnya 2012 secara resmi diluncurkan. Kalau NU Online sudah tua. Kalau kita awalnya (2004) sudah ada tapi secara resmi 2012. Setelah Muktamar Jogja 2010 sudah mulai ada persiapan," jelas Hendra.
Digawangi Anak-anak Muda
Media resmi NU dan Muhammadiyah saat ini digawangi oleh anak-anak muda yang lahir pada tahun 1990-an. Ivan memuji media Muhammadiyah yang sebagian besar adalah anak muda.
"Waktu ketemu kemarin, teman-teman redaksi anak muda semua. Kelahiran 1990-an semua. Di sini saya salah satu paling tua meskipun belum 40," kata Ivan.
"Sama mas saya juga paling tua. Saya senior sekali di ruangan ini," timpal Hendra.
Tak mau kalah, Ivan menimpali lagi bahwa di NU Online ada reporter termuda yang lahir pada 2001. "Reporter baru NU Online kelahiran 2001. Ini (tanda) kesadaran digital NU dan MU meningkat," kata Ivan.