Kongres di Enam Zonasi Bukti Komitmen PMII Tanggulangi Covid-19
Rabu, 17 Maret 2021 | 08:45 WIB
Ketua Umum PB PMII, Agus Herlambang pada tangkapan layar Youtube Sekretariat Presiden. (Foto: NU Online/Aru LT)
Jakarta, NU Online
Kongres XX Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) bertema ‘Organisasi Maju untuk Peradaban Baru’ yang dilaksanakan pada Rabu hingga Ahad (17-20/3) digelar secara hybrid yakni daring dan luring. Secara luring, diselenggarakan di Balikpapan, Kalimantan Timur. Sedangkan secara daring dilangsungkan di enam zonasi yang tersebar di beberapa wilayah.
Ketua Umum Pengurus Besar (PB) PMII Agus Mulyono Herlambang menegaskan, pelaksanaan kongres yang digelar secara hybrid dan dilangsungkan di enam zona merupakan sebuah ikhtiar. Yakni komitmen dalam rangka menanggulangi Covid-19.
“Kitalah organisasi kemahasiswaan satu-satunya yang berani melakukan Kongres secara hybrid. Kongres yang dilaksanakan PMII dilaksanakan secara zonasi. Tidak semua kader kita kumpulkan dalam satu titik seperti kongres biasanya,” tegas Agus dalam pembukaan Kongres XX PMII, Rabu (17/3) pagi.
Ia kemudian menjelaskan pembagian zona tersebut. Pertama, seluruh kader yang tersebar di Sumatera ditempatkan di Kota Batam. Kedua, berada di Kota Bekasi untuk kader PMII yang tersebar di Pulau Jawa.
Ketiga, gelaran kongres ditempatkan di Lombok Timur untuk kader yang tersebar di wilayah Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara. Lalu yang keempat berada di Kendari agar kader di Indonesia Timur bisa menghadiri kongres ini.
“(Dua zona lainnya) di Kalimantan. Kita tempatkan di Balikpapan dan Samarinda,” jelas Agus.
Dijelaskannya bahwa cara tersebut sebagai komitmen kepada pemerintah bahwa PMII siap dan lebih mementingkan kepentingan umat banyak.
“PMII lebih mementingkan kesehatan masyarakat. Dalam rangka penanggulangan Covid-19, PMII menjadikan kongres ini secara zonasi dan hybrid,” imbuhnya.
Selanjutnya Agus menjelaskan, Kongres XX PMII sedianya dilaksanakan pada April 2020 lalu di Balikpapan, Kalimantan Timur. Pemilihan lokasi itu dianggap sebagai ikhtiar untuk menyambut peradaban baru Indonesia.
Lebih lanjut alumnus Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) Jombang tersebut menjelaskan bahwa pada waktu itu pemerintah melempar wacana pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Kalimantan Timur. Dengan dipindahkannya ibu kota negara itu, pemerintah berharap dapat membentuk peradaban Indonesia yang lebih maju.
“Maka PMII siap menyambut dan menyongsong dengan mempersiapkan SDM yang unggul, kompeten, kompetitif untuk menuju peradaban baru tersebut,” tegas Agus.
Namun perhelatan Kongres XX PMII yang mulanya digelar tahun lalu itu sempat tertunda selama satu tahun. Selama itu, kata Agus, terdapat satu fase yang digunakan untuk melakukan refleksi dan evaluasi.
“Dengan tekad kita semua, seluruh kader PMII dari Sabang sampai Merauke, tidak ingin lagi menunggu waktu terlalu lama. Berharap dengan situasi kembali seperti sediakala. Berharap situasi menjadi normal,” tutur Agus.
Karena itu, spirit dari seluruh kader PMII se-Indonesia membuktikan tetap dapat bergerak sekalipun pandemi Covid-19 tak kunjung usai. Momentum pandemi justru dibajak dan digunakan untuk melakukan lompatan yang lebih besar.
“(Pandemi) kita gunakan untuk melakukan transformasi digital di organisasi ini. Lebih masif lagi, dengan kita membuktikan bahwa kita bisa melaksanakan Kongres XX secara hybrid yang terbagi menjadi enam zona,” ucapnya.
Kader PMII Wajib Kuasai Teknologi
Pada kesempatan itu, hadir Presiden Joko Widodo secara virtual dan menyampaikan sambutan sebelum membuka Kongres XX PMII. Ia berharap, kader PMII mampu menjadi navigasi perubahan dengan menguasai teknologi.
“Buat kader-kader PMII menguasai teknologi itu sifatnya fardhu ain. Kewajiban bagi setiap individu kader. Karena PMII merupakan laboratorium kepemimpinan generasi muda Islam yang akan ikut menentukan maju atau mundurnya Indonesia ke depan,” tegas Jokowi.
Hal tersebut diungkapkan lantaran dunia telah berubah dengan sangat cepat dan menimbulkan disrupsi pada semua sektor kehidupan. Jokowi menegaskan, perubahan selalu tidak ramah bagi setiap pihak yang tidak siap berubah dan berhenti belajar.
“Banyak organisasi harus rela digilas perubahan karena tidak sigap beradaptasi dengan perubahan. Karena itu kader PMII harus bisa menjadi navigasi perubahan. PMII harus terus tumbuh dan berkembang menjadi organisasi yang adaptif dan inovatif. Membuka diri dan adaptif terhadap hal-hal baru,” tutup Jokowi.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Ibnu Nawawi