Kongres Keluarga Maslahat NU Akan Rumuskan Kebijakan PBNU untuk Atasi Problem Keluarga
Jumat, 24 Januari 2025 | 11:00 WIB
(dari kiri ke kanan) Ketua PBNU Hasanuddin Ali dan Alissa Wahid serta Wakil Sekjen PBNU Ai Rahmayanti saat jumpa pers jelang Kongres Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama pada Jumat (31/12025) di kantor PBNU Jakarta. (Foto: NU Online/Suwitno)
Jakarta, NU Online
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menggelar Kongres Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama pada Jumat-Sabtu, 31 Januari 2025 hingga 1 Februari 2025. Kegiatan ini akan digelar di Hotel Bidakara, Jakarta.
Kegiatan ini digelar sebagai respons PBNU merumuskan kebijakan untuk mewujudkan kemaslahatan keluarga. Pasalnya, ada beragam masalah yang terjadi di lingkungan keluarga, mulai kekerasan, kesehatan, lingkungan, hingga perekonomian.
"NU bisa merumuskan strategi keluarga Indonesia," kata Ketua PBNU Alissa Wahid pada konferensi pers jelang Kongres Keluarga Maslahat NU di kantor PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Jumat (24/1/2025).
Perumusan itu dilakukan dengan menghadirkan berbagai kementerian dan lembaga pemerintah terkait, seperti Badan Gizi Nasional, Kementerian Kependudukan, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Kementerian Agama, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), serta Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).
Kegiatan ini juga menghadirkan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Prof Pratikno sebagai pembicara kunci.
Kongres ini juga menjadi upaya PBNU untuk membantu pemerintah dalam mengimplementasikan berbagai strateginya dalam menangani berbagai problem keluarga itu. "Persoalannya, ada kebijakan, tapi delivery-nya masalah," kata Alissa.
Sebab, lanjutnya, PBNU melalui Gerakan Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama (GKMNU) memiliki daya jangkau sangat tinggi sampai tingkat desa. "Membantu pemerintah agendanya bagaimana NU bisa bermitra dengan lembaga lainnya," katanya.
Ketua PBNU Hasanuddin Ali menambahkan, Kongres Keluarga Maslahat NU merupakan respons PBNU atas perubahan lanskap kependudukan Indonesia yang mulai bergeser dari rural ke perkotaan. Ia menyebut saat ini sudah 60 persen masyarakat Indonesia tinggal di kota. Diprediksi di tahun 2045, presentasenya akan meningkat hingga 78 persen.
Problem masyarakat kota, menurutnya, lebih besar dibanding rural, baik dari sisi ekonomi, kesehatan, pengasuhan, maupun pendidikan. Problem anak juga menjadi tantangan sendiri keluarga di perkotaan. Terlebih dunia memasuki era digitalisasi. "Semua ini akan dibahas," katanya.
Kongres Keluarga Maslahat ini dirangkaikan dengan Festival Keluarga Indonesia. Kegiatan ini digelar di Mal Kota Kasablanka, Jakarta Selatan pada Sabtu, 1 Februari 2025.