Pemerintah dan tokoh agama meminta masyarakat untuk tetap tinggal di rumah selama pandemi virus Corona (Covid-19) masih mewabah di Bumi Pertiwi.
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H Helmy Faishal Zaini menyampaikan bahwa hal tersebut juga penting sebagai sarana mempererat kekerabatan sosial.
"Konsep stay at home ini menjadi kohesi sosial penting bagi terciptanya satu masyarakat yang ke depan memiliki ketahanan menghadapi masa sulit," katanya saat mengisi Ngaji Virtual Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PP IPNU) dalam rangka memperingati Nuzulul Qur'an, Sabtu (9/5) malam.
Tetap di rumah, lanjut dia, juga akan menjadi obat. Tepatnya, sebagai antibodi untuk menyongsong satu babakan baru menghadapi tahun depan penuh optimisme. "Jadi, kita harus menghadapi tantangan ini sebagai peluang," ujar Helmy.
Ia melihat begitu banyak anak kreatif yang melahirkan podcast dan berbagai macam konten yang menghibur maupun edukatif. Untuk itu, ia mengajak agar IPNU dapat berlaku sama, menghasilkan konten kreatif yang dapat memberikan pemahaman Islam santun kepada publik.
"Kita jangan menjadi penonton. Saya mengajak kita melahirkan konten dakwah yang penting bagi masyarakat," kata pria kelahiran Cirebon Jawa Barat ini.
Menurut dia, memperbaiki hubungan sosial masyarakat dapat dimulai dari rumah, dengan berlaku lebih baik terhadap istri, anak, orang tua, dan sanak famili. "Kita akan memperbaiki hubungan sosial masyarakat dengan cara memperbaiki kehidupan di rumah," ucap Helmy.
Baca juga: Di Tengah Wabah, Al-Qur’an Ubah Hati Resah Jadi Lebih Sakinah
Hal tersebut, lanjutnya, juga senada dengan konsep baiti jannati (rumahku surgaku) yang menjadi modal sosial besar untuk melewati masa-masa pandemi saat ini.
"Saya kira, kembali ke konsep baiti jannati akan menjadi modal sosial yang sangat besar ketika kita nanti telah melalui masa pandemi yang sungguh sangat merugikan banyak orang ini," katanya.
Hal tersebut telah digariskan oleh Allah Swt dalam Al-Qur'an. Karenanya, ia mengajak untuk menjadikannya sebagai pedoman hidup yang diaktualisasikan dalam perilaku sehari-hari.
"Mari, menjadikan Al-Qur’an ini bukan hanya sebagai obat, tetapi juga sebagai pedoman. Dengan melakukan kontekstualisasi Al-Qur’an dalam seluruh dimensi kehidupan kita, mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali," pungkasnya.
Senada dengan Helmy, Direktur Aswaja Center Jawa Timur KH Ma’ruf Khozin menyampaikan, semut pun melaksanakan konsep tetap di rumah ketika bahaya muncul.
“Kisah tersebut termaktub dalam Al-Qur'an, ketika terdapat pasukan Nabi Sulaiman yang berjalan di dekat mereka. Jadi, semut saja kalau ada marabahaya ini ngajak stay at home, kembali ke rumah," ujarnya.
Al-Qur’an telah menjelaskan, upaya mencari tempat paling aman yang paling nikmat ketika ada marabahaya itu di dalam rumah. Artinya, dalam Al-Qur’an itu ada upaya fisik untuk menghindar dari sesuatu yang berbahaya.
"Makanya di zaman perang dunia kedua, mereka (para pejuang) di dalam rumah punya tempat bersembunyi," pungkasnya.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Musthofa Asrori