Kualitas Udara di Jabodetabek Hari Ini setelah Diguyur Hujan
Senin, 6 November 2023 | 11:00 WIB
Jakarta, NU Online
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI merilis data Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) tentang kualitas udara di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) pada Senin (6/11/2023) hari ini. Tepatnya setelah kawasan tersebut diguyur hujan sejak memasuki bulan November 2023.
Tangerang menjadi daerah di Jabodetabek dengan kualitas udara terburuk. Per hari ini, pukul 08.00 WIB, indeks kualitas udara di Tangerang tercatat 97. Di bawahnya, ada Bekasi dengan indeks kualitas udara 86. Selanjutnya ada Jakarta Barat yang memiliki indeks kualitas udara dengan skor 83, dilansir Databoks.
Untuk menghitung kualitas udara di suatu wilayah, KLHK menerapkan kategori kualitas udara berdasarkan rentang ISPU. Skor 0-50 baik, 51-100 sedang, 101-200 tidak sehat, 201-300 sangat tidak sehat, dan 300+ berbahaya.
Dengan demikian, kualitas udara di Jabodetabek masuk kategori sedang atau membaik pada pagi hari ini. Meski begitu, KLHK mengimbau agar setiap orang di wilayah dengan kualitas udara tidak sehat untuk mengurangi aktivitas fisik yang terlalu lama di luar ruangan.
Sementara, di daerah dengan kualitas udara sedang, seperti di Jabodetabek, setiap orang masih dapat beraktivitas di luar ruangan kecuali kelompok sensitif. Adapun semua orang yang tinggal di daerah yang memiliki kualitas udara sangat tidak sehat dan berbahaya, perlu menghindari semua aktivitas di luar ruangan.
Berikut daftar lengkap indeks kualitas udara di area Jabodetabek.
- Tangerang: 97
- Bekasi: 86
- Jakarta Barat: 83
- Tangerang Selatan: 82
- Bogor: 81
- Jakarta Utara: 76
- Jakarta Pusat: 74
- Depok: 68
- Jakarta Selatan: 57
Mengenal kelompok sensitif
Dikutip Treehugger, terdapat beberapa kelompok sensitif yang tidak disarankan untuk keluar rumah jika keadaan kualitas udara tengah memburuk. Kelompok sensitif itu adalah anak-anak, orang lanjut usia (lansia), orang dengan penyakit jantung dan paru-paru (asma, emfisema, dan bronchitis), serta diabetes.
Jika menghirup udara yang memiliki kualitas buruk, orang dengan penyakit gangguan pernapasan akan kesulitan bernapas selam biasanya. Bahkan mungkin akan mengalami batuk, sesak napas, dan kelelahan akibat polusi partikel yang terhirup sehingga memicu peradangan pada saluran napas dan paru-paru.
Anak-anak juga berisiko lebih tinggi terdampak polusi udara, terutama karena mereka menghabiskan waktu lama di luar ruangan. Sebab paru-paru anak-anak masih berkembang, paparan polutan tingkat tinggi dapat menyebabkan kerusakan permanen, termasuk penurunan aktivitas.
Sementara orang lanjut usia (berusia 65 tahun ke atas) tidak hanya lebih rentan terhadap bahaya lingkungan karena mungkin memiliki penyakit bawaan, tapi juga karena proses penuaan membuat tubuh mereka kurang tahan terhadap pemicu stres eksternal.
Lalu orang dewasa sehat yang tidak termasuk dalam salah satu kelompok di atas tapi menghabiskan banyak waktu di luar ruangan juga termasuk dalam kategori kelompok sensitif. Sebab aktivitas rutin mereka menghasilkan tingkat paparan yang lebih tinggi dibandingkan seseorang yang sesekali menghabiskan waktu di luar ruangan.