Kuburan Penanda Eksistensi Bangsa, Sambungkan Kesejarahan, Perkuat Kesatuan
Ahad, 24 September 2023 | 20:00 WIB
Jakarta, NU Online
Lembaga Ta'mir Masjid Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LTM PBNU) bekerja sama dengan Kementerian Agama menggelar acara Peningkatan Literasi Khazanah Keagamaan dan Penguatan terhadap Tradisi Ziarah Kubur bagi Umat Islam di Indonesia, Kamis (21/9/2023). Acara dibuka oleh Direktur Urusan Agama Islam dan Bimbingan Masyarakat Kementerian Agama, Adib yang juga pengurus LTM PBNU.
Bertindak sebagai Pembicara Kunci adalah Ketua PBNU H Ahmad Suaedi. Dalam kesempatan tersebut, ia menyampaikan bahwa makam atau kuburan adalah salah satu penanda eksistensi bangsa yang harus dijaga kelestariannya. Aktivitas di ruang lingkupnya, menurut penuturannya, harus mendapatkan legitimasi yang kuat menurut keyakinan yang dianut bangsa tersebut.
"Ke depan, banyak tempat destinasi wisata kebudayaan yang akan saling terhubung karena kesinambungan kesejarahan bangsa. Kita ingin memperkenalkan bangsa ini kepada dunia sebagai satu kesatuan leluhur yang saling menguatkan," kata akademisi yang juga Dekan Fakultas Islam Nusantara Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta itu.
Sementara itu, Budayawan Abdullah Wong menyoroti banyaknya oknum-oknum sindikat makam yang beroperasi secara ilegal dan merugikan masyarakat. Ilegal artinya tidak didukung oleh keilmuan yang memadai dan merugikan masyarakat karena terindikasi sebagai sebuah penipuan.
"Inilah yang perlu dijelasian kepada masyarakat. Bahwa ziarah kubur bukan tentang mencari wangsit atau pesugihan. Ziarah kubur adalah tentang aktifitas keagamaan yang memiliki dasar jelas dan kuat serta prakteknya legal," terang Anggota Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) PBNU Itu.
Menurut Wong, penguatan literasi ziarah kubur sangat penting dan diperlukan masyarakat agar aktifitas ziarah dapat dilaksanakan sesuai syariah agama. Agar para peziarah tidak terjerumus dalam praktik-praktik yang dilarang oleh agama atau disesatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
"Di situs-situs peziarahan yang belum terlalu ramai, banyak didapati oknum-oknum yang memanfaatkan orang-orang awam peziarah untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Inilah yang harus dikikis dengan penguatan literasi ziarah bagi orang awam," katanya.
Lebih lanjut, Abdullah Wong menuturkan, ziarah sebagai praktik budaya juga harus diapresiasi sebagai kebudayaan yang mendamaikan. Orang-orang yang berziarah hendaknya bisa menentramkan hatinya seusai berziarah, bukan sebaliknya malah menjadi tidak karuan hidupnya karena salah niat dalam berziarah.
"Di antara tujuan berziarah adalah mendapatkan keberkahan, tetapi beberapa praktik yang salah malah menjadikan seseorang semakin dikuasai nafsu duniawi. Ini harus diluruskan," tandas Wong.
Forum Group Discussion (FGD) ini mengundang berbagai ahli di bidang arkeologi dan sosiologi serta naskah-naskah keagamaan Islam tentang ziarah kubur. FGD ini berlangsung selama tiga hari dan diikuti oleh dua puluh lima peserta lintas organisasi dan disiplin ilmu, termasuk perwakilan para pengelola situs makam.