Kepala BNPT Komjen Boy Rafli Amar bersama Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf. (Foto: NU Online/Suwitno)
Jakarta, NU Online
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Boy Rafli Amar didampingi jajaran stafnya berkunjung ke Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat, Selasa (29/3/2022). Dalam kunjungan tersebut, dibahas terkait isu radikalisme dan terorisme.
“PBNU bersama BNPT ingin bekerjasama untuk menanggulangi radikalisme dan terorisme sebagai satu prasyarat untuk membangun dan mengembangkan peradaban Indonesia dan peradaban manusia pada umumnya,” kata Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf dalam Konferensi Pers usai pertemuan di Lantai 3, Gedung PBNU.
Pria kelahiran Rembang, Jawa Tengah itu melanjutkan, dalam kerja sama ini PBNU akan ditindaklanjuti oleh lembaga-lembaga banom terkait, yaitu Lembaga Bahstul Masail (LBM), Lambaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU), dan Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Lakpesdam).
Selanjutnya, Gus Yahya menyampaikan bahwa NU merupakan organisasi Islam yang memiliki komitmen nasionalisme sangat kuat, salah satunya yang pernah dibahas dalam Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdalatul Ulama di Kota Banjar, Jawa Barat tahun 2019 silam.
“Munas di Banjar menyatakan bahwa NU perlu memerlukan kontekstualisasi terhadap pandangan-pandangan keagamaan yang ada dan disusul dengan menyusun mindset terhadap masyarakat untuk mencapai tatanan masyarakat yang harmonis dan saling toleran,” ujar pria kelahiran tahun 1966 itu.
Sementara, Boy Rafli mengatakan bahwa hasil diskusi pihaknya dengan Ketua Umum PBNU akan ditindaklanjuti dengan sejumlah kerja sama yang konkret dengan membuat agenda-agenda ke depan.
“Mudah-mudahan semangat PBNU dan BNPT untuk membangun peradaban Indonesia yang harmoni yang dilaksanakan secara bersama-sama,” harap Boy Rafli.
Selanjutnya, pria kelahiran Jakarta itu menyebutkan bahwa nilai-nilai radikalisme, terorisme, dan semua kekerasan yang mengatasnamakan agama bisa dinetralisir dengan nilai-nilai yang diajarkan oleh Nahdlatul Ulama (NU), salah satunya adalah nilai kebangsaan yang tercermin dalam jargon Hubbul Wathan Minal Iman (nasionalisme bagian dari iman).
"Nilai-nilai yang diajarkan Nahdlatul Ulama (NU) selama ini digunakan BNPT untuk menjadi role model yang kami tawarkan kepada kelompok-kelompok yang melakukan kekerasan atas nama agama," papar Boy Rafli.
"Islam di Indonesia adalah Islam yang rahmat, jangan sampai diubah oleh kelompok-kelompok yang ingin mendirikan negara Islam," imbuhnya.
Kontributor: Muhamad Abror
Editor: Aiz Luthfi