Lakpesdam NU Kota Salatiga Bedah Kiat Tembus Jurnal Internasional
Kamis, 23 September 2021 | 03:00 WIB
Salatiga, NU Online
Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU) Kota Salatiga, Jawa Tengah menggelar Halaqah Diniyyah Ilmiyyah Amaliyyah bertajuk Kiat Tembus Jurnal Ilmiah Nasional dan Internasional Bereputasi. Berlangsung secara daring, halaqah ini dilaksanakan Rabu (22/9/20210.
Acara ini merupakan program Lakpesdam NU Kota Salatiga yang memiliki concern terhadap tradisi ilmiah akademik terutama bagi para kader NU yang ada di perguruan tinggi. Seratus orang lebih mengikuti acara tersebut. Mereka adalah para akademisi, kiai dan cendekiawan kader NU dari seluruh Indonesia.
Hadir sebagai pembicara, adalah Yasir Alimi, Ph.D., dosen Sosiologi UNNES Semarang sekaligus reviewer Journal of Nahdlatul Ulama Studies. Adapun pembicara kedua adalah M. Mustaqim, Managing Editor Qudus International Journal of Islamic Studies (QIJIS) dari IAIN Kudus.
Lakpesdam NU Kota Salatiga menginisiasi Journal of Nahdlatul Ulama Studies (JNUS) selama dua tahun terakhir dan sudah menerbitkan empat edisi jurnal ilmiah. Ini menjadikan keunikan sekaligus fokus dari program Lakpesdam NU Salatiga.
"Lakpesdam NU Kota Salatiga memberi kesempatan bagi seluruh akademisi yang memiliki minat besar membicarakan Nahdlatul Ulama secara akademis, untuk menuangkan pemikirannya lewat JNUS. Ini merupakan distingsi dan fokus dari Lakpesdam NU Salatiga," kata Dr. Ilyya Muhsin dalam sambutannya.
Dr. Ilyya Muhsin menekankan bahwa ini merupakan mimpi besar untuk menggali potensi dan memberi ruang bagi para kader NU untuk meniti kerier di bidang akademik. Lebih jauh lagi, untuk mendorong tradisi akademik dalam mengkaji NU melalui penelitian ilmiah.
Inisiatif pengembangan jurnal ilmiah yang menjadi fokus Lakpesdam NU Salatiga diapresiasi oleh M. Mustaqim selaku narasumber yang berpengalaman mengelola Jurnal QIJIS yang telah mencapai indeks Scopus Q1.
"Saya awalnya agak kaget, karena JNUS ini sangat spesifik, yaitu tentang Nahdlatul Ulama. Jurnal yang spesifik ini kelebihannya dia akan bagus secara kualitas jurnal. Dilihat dari akreditasi SINTA, semakin spesifik itu semakin bagus. Dilihat dari Scopus, mereka sangat suka dengan jurnal yang spesifik,” kata M Mustaqim.
Mustaqim menekankan, bahwa jika jurnal ini dikelola dengan bagus maka menjadi peluang bagi kader NU untuk mengembangkan jurnal secara internasional. Meski demikian juga memiliki tantangan, yaitu kesediaan sumber daya penulis jurnal.
"Kalau NU tidak punya jurnal yang bagus, maka akan menjadi problem ketika kader-kadernya hendak meniti jenjang akademik. Sehingga saya optimis dengan adanya JNUS ini bisa menarik tim penilai indeks, di Scopus khususnya karena berani ambil tema yang sangat spesifik," sambung Mustaqim.
Kiat-kiat menembus jurnal bereputasi
Sementara itu, Yasir Alimi, Ph.D membagikan kiat-kiat praktis supaya artikel jurnal ilmiah bisa tembus ke jurnal bereputasi. Yasir Alimi menjelaskan empat alasan utama sebuah artikel jurnal gaagal menembus jurnal yang bereputasi. Pertama, ketika artikel tidak memiliki argument yang kuat.
Menurut Yasir, sebuah artikel bisa jadi memiliki argument, tetapi dituangkan di bagian akhir atau kesimpulan. Argumen seharusnya sudah dihadirkan di pendahuluan di awal.
Kedua, menurut Yasir Alimi, adalah kurangnya fokus artikel, atau ketika sebuah artikel dipenuhi terlalu banyak ide. Jurnal ilmiah berbeda dengan penelitian skripsi atau tesis yang mungkin memiliki beberapa tujuan. Adapun jurnal ilmiah, memiliki satu tujuan utama dan spesifik sebagaimana teringkas dalam judul.
Alasan ketiga tidak tembusnya artikel di jurnal bereputasi, adalah ketika jurnal tidak mendiskusikan implikasi konseptual, metodologis dan praktis dari temuan yang ada. "Artikel hanya akan berisi tumpukan data yang tidak berbicara, jika tidak dirangkai secara konseptual, metodologis, dan praktis," Yasir menekankan.
Alasan terakhir, adalah ketika jurnal tidak ditulis secara ilmiah. Hal ini dalam artian tidak mengutip secara memadai dari rujukan karya yang ada sebelumnya. “Mungkin kita mengutip, tetapi tidak dari hasil penelitian sebelumnya. Jika ini terjadi, maka sebuah artikel bisa ditolak karena dianggap belum melibatkan penelitian terbaru.”
Masih menurut Yasir, artikel Jurnal adalah sebagai pencatat ilmu pengetahuan. Kalau buku secara umum bisa saja bukan hasil penelitian ilmiah. Sementara artikel jurnal, adalah hasil penelitian. Dengan demikian, universitas selalu memburu dosen untuk menulis artikel jurnal.
Acara ini merupakan seri pertama dari rangkaian Halaqah Ilmiyyah yang diselenggarakan oleh Lakpesdam NU Salatiga. Ke depannya, halaqah ini akan menyajikan kajian ilmiah yang akan diselenggarakan secara rutin sebagai pendorong tradisi keilmuan warga NU di mana saja, khususnya para kader di Kota Salatiga.
Kontributor: Ahmad Naufa Kh Faizun
Editor: Kendi Setiawan