Langkah-langkah Pendampingan Anak Yatim dan Keluarga Akibat Covid-19
Sabtu, 25 September 2021 | 15:00 WIB
Anak dapat membuat hikmah positif dengan menunjukkan sikap lebih empati, bertanggung jawab, kepemimpinan, sabar, dan seterusnya. Atau justru tidak menunjukkan perubahan sama sekali.
Jakarta, NU Online
Yayasan Kesejahteraan Muslimat Nahdlatul Ulama (YKMNU) menyelenggarakan pelatihan pendamping anak yatim dan keluarga akibat pandemi Covid-19 pada Jumat (24/9).
Wakil Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Yunita Faela Nisa menyampaikan bahwa dalam pelaksanaannya, pendampingan bisa dilakukan dengan dua cara, yakni pemberian perlakuan (treatment) dan kontrol. Dua hal tersebut bisa diterapkan secara acak.
"Menempatkan secara random siapa yang masuk ke dalam treatment (perlakuan) dan kontrol," katanya kepada peserta calon pendamping.
Lebih lanjut, Yunita menjelaskan bahwa perlakuan bisa dilakukan dengan pemberian tanaman atau pun binatang peliharaan, sedangkan kontrol tidak diberikan apapun. Hal tersebut untuk diketahui perbedaan dari keduanya.
Dengan intervensi sosial tersebut, anak dapat membuat hikmah positif dengan menunjukkan sikap lebih empati, bertanggung jawab, kepemimpinan, sabar, dan seterusnya. Atau justru tidak menunjukkan perubahan sama sekali.
"Ini menjadi bukti bahwa intervensi kita berdampak pada kelompok dampingan kita. Ini menjadi acuan awal yang perlu disiapkan. Ini bisa jadi salah satu temuan, bisa dipertanggungjawabkan," jelas Yunita.
Dalam kesempatan tersebut, ia juga menjelaskan prinsip dasar program intervensi. Pertama, pendamping harus fokus pada kemampuan yang dimiliki orang yang memerlukan dukungan. Dia mampu atau memiliki apa untuk didukung.
Kedua, pendamping harus memberikan bantuan sesegera mungkin langsung pada orang yang memerlukan dukungan. Selanjutnya, pendamping perlu menyediakan dukungan emosional bagi orang yang memerlukan dukungan.
Berikutnya, berikan perhatian yang nondiskriminatif untuk semua. Artinya, tidak membeda-bedakan secara fisik, agama, suku, ataupun hal lainnya.
Hal yang tak boleh ketinggalan adalah bersikap jujur dan jangan pernah menjanjikan sesuatu yang tidak bisa dipenuhi kepada mereka yang didampingi.
Terakhir, pendamping juga perlu menyediakan informasi akurat dan logis tentang situasi yang ada.
Sementara itu, hal yang harus dihindari saat memberikan intervensi adalah memunculkan asumsi mengenai semua orang yang terkena bencana mengalami trauma, sakit, ataupun ingin berbicara. Sebab, masing-masing penyintas mengalami keunikan tersendiri dalam merasakan atau mengekspresikan kesedihannya.
Pendamping juga tidak diperkenankan meminta atau bahkan memaksa penyintas menyampaikan secara detail apa yang terjadi.
Hal yang 'haram' juga dilakukan adalah memandang rendah penyintas dan memberikan informasi secara spekulatif.
Langkah pendampingan
Yunita menjelaskan bahwa langkah pertama pendampingan adalah memberikan rasa aman. Dilanjutkan dengan mendorong keberfungsian dia, memberikan kenyamanan, menenangkan, mengupayakan kondisi yang lebih stabil pada orang yang memerlukan dukungan (jika diperlukan).
"Dua langkah ini kita bisa memberikan perhatian melalui kata-kata dan perbuatan yang tidak menyakiti atau menyinggung perasaan dengan mendengar aktif, menerima perasaan penyintas, mengajak relaksasi (mengajak shalat berjmaah), grounding. Jangan keluar kalimat yang membuat lebih tertekan," terangnya.
Berikutnya, pendamping perlu mendorong untuk bertindak dan merencanakan tindak lanjut. "Mendorong orang yang memerlukan dukungan untuk terlibat dalam proses pemulihannya dan membantu menyusun rencana tindak lanjut," pungkasnya.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Fathoni Ahmad