Jakarta, NU Online
Perencanaan keuangan seringkali mengalami kegagalan karena adanya beberapa masalah. Lalu apa saja masalah keuangan yang sering terjadi?
Founder Quamma Foundation, Ligwina Hananto menyebutkan persoalan pertama, mungkin ada yang sudah lama bekerja tetapi tabungannya nol melulu. "Atau malah sebaliknya, sudah tidak bekerja sehingga susah banget buat nabung. Mungkin ada yang seperti itu," kata Ligwina saat Peringatan Isra' Mi'raj yang diadakan oleh Fatayat NU dengan tema Isra' Mi'raj sebagai Momentum Meningkatkan Ketahanan Keluarga dalam Menghadapi Pandemi, Rabu (2/3/2022).
Persoalan kedua, keuangan habis karena membiayai kehidupan sehari-hari, misalnya dalam satu rumah hanya satu orang saja yang bekerja. Ketiga, cicilan yang terlalu banyak, padahal cicilan tersebut bukan untuk membeli kebutuhan prioritas.
"Keempat, ada lagi yang harus menguras tabungan, sudah berhasil nabungnya tapi ternyata dikuras tabungannya," jelasnya.
Penyebab menguras tabungan di antaranya untuk keperluan keluarga yang sakit, untuk anak sekolah, untuk keadaan genting, dan lain sebagainya.
"Jadi, tabungan sudah berhasil kita tabung tapi ternyata terkuras. Dan yang terakhir yang sebetulnya paling bisa untuk direm, ternyata masalah keuangannya itu gara-gara banyak gaya, banyak gaya ini yang sebetulnya bahaya," imbuhnya.
Islamic financial planning
Ligwina mengatakan, memang rezeki telah ada yang mengatur. "Tapi ketika sudah ada di tangan kita, maka kita yang mengatur," katanya.
Oleh karena itu, ia memberikan tips pengelolaan keuangan melalui apa yang ia sebut islamic financial planning.
"Islamic financial planning itu pembedanya dengan keuangan yang biasa ada empat, yang pertama manajemen arus kasnya berbeda," ujar Ligwina Hananto.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa manajemen arus kas yang mengedepankan agama adalah dengan membayar utang. Hal tersebut dikarenakan utang ini sampai kapanpun akan dibawa, akan ditagih di akhirat kelak.
"Maka ketika kita mengatur keuangan kita, nomor satu yang harus dibayarkan adalah utang. Habis itu untuk keluarga, karena nafkah untuk keluarga supaya berkah, itu wajib tidak memakai syarat," ungkap Lead Financial Trainer QM Financial.
Kedua adalah soal skala prioritas tujuan finansial. Skala prioritas tujuan finansial dalam Islam artinya jika sedang menabung atau investasi harus ada tujuan buat apa. Misalnya antara liburan, dan ibadah haji, maka yang menjadi prioritas adalah ibadah haji.
Berikutnya, yang menyebabkan masyarakat harus hitung-hitungan adalah hukum waris yang sebenarnya telah dijelaskan di dalam Al-Qur'an. "Hukum waris itu ada hitungannya, jadi di dalam Islam diajarkan untuk berhitung. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak mungkin menyepelekan islamic financial planning," jelasnya.
Ia menjelaskan hal yang membedakan islamic financial planning dengan keuangan biasa itu adalah produk keuangan syariah.
Kontributor: Malik Ibnu Zaman
Editor: Kendi Setiawan