LPBINU Jelaskan Akar Masalah dan Solusi Kekeringan di Sejumlah Wilayah Indonesia
Jumat, 2 September 2022 | 16:30 WIB
Pengurus Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LPBI PBNU), M Ali Yusuf.
Jakarta, NU Online
Sejumlah wilayah di Indonesia tengah dilanda kekeringan. Di Desa Cimareme, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat, salah satunya. Warga di desa tersebut tengah mengalami kekeringan dan kesulitan air bersih terhitung sejak awal musim kemarau hingga saat ini.
Hal serupa juga terjadi di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Masyarakat Bondowoso tengah mengalami krisis air bersih akibat musim kemarau.
Menanggapi itu, Pengurus Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LPBI PBNU) M Ali Yusuf mengatakan bencana kekeringan kerap kali disikapi secara reaktif. Ia melihat, respons yang dilakukan seringnya bersifat jangka pendek, yakni dengan memberikan bantuan droping air ke daerah-daerah terdampak.
“Selama ini ada yang salah dengan cara pandang kita menghadapi kekeringan yang makin lama makin parah,” ungkap Ali kepada NU Online, Jumat (2/9/2022).
Lebih dari itu, ia menilai seharusnya kekeringan disikapi dengan menemukan akar masalah termasuk penyebab dan potensi dampaknya. Hal ini perlu diperhatikan guna menemukan solusi jangka panjang untuk mengurangi ancaman, mengurangi risikonya, sekaligus solusi kongkrit yang akan dipilih dan ditentukan untuk diterapkan ke depannya.
“Beberapa penyebab semakin parahnya kekeringan adalah semakin minimnya daerah resapan air, deforestasi dan model pembangunan fisik yang merusak ekosistem,” katanya.
Menurut Ketua Umum Humanitarian Forum Indonesia (HFI) itu, solusi dari akar masalah penyebab kekeringan tersebut adalah dengan sejumlah aktivitas yang sudah tidak asing lagi di tengah masyarakat.
Baca Juga
Lahan Gambut Cegah Kekeringan dan Banjir
“Beberapa aktivitas yang dianggap dapat mengurangi risiko kekeringan di antaranya penanaman pohon, membuat sumur resapan, pemanenan air hujan, mengurangi pencemaran di sumber-sumber air bersih seperti sungai dan lain-lain,” jabarnya.
Selain itu, Ali juga menjelaskan bahwa pengadaan embung dan bendungan sangat penting untuk menyiapkan tabungan air yang diperlukan saat kemarau. Waste Water Treatment atau instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang dapat menghilangkan zat organik dan anorganik dari air sehingga air dapat digunakan kembali juga perlu dikembangkan.
“Waste water management salah satunya melalui pengolahan air bekas pakai dengan cara didaur ulang untuk dapat digunakan kembali untuk kebutuhan tertentu. Hemat penggunaan air juga langkah yang perlu dilakukan untuk mengurangi potensi dampak kekeringan,” paparnya.
Ia melanjutkan, semua langkah dan aksi untuk menghadapi kekeringan harus berdasarkan identifikasi ancaman, kerentanan dan kapasitas untuk mengukur tingkat risiko yang akan dihadapi.
“Ini dinamakan Kajian Risiko Bencana. Dari sini baru dapat dirumuskan rencana-rencana aksi untuk mengantisipasi dan menghadapi kekeringan yang akan melanda,” tuturnya.
“Sesungguhnya Allah Pencipta alam semesta melalui sumber daya alam telah menyediakan segala sesuatu yang diperlukan oleh manusia termasuk air. Manusia saja yang selalu menyia-nyiakannya,” pungkas dia.
Kontributor: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Aiz Luthfi