Wakil Menteri Agama (Wamenag) Muhammad Syafi’i dalam acara Welcoming Dinner Grand Final Olimpiade Madrasah Indonesia (OMI) di Tangerang, Senin (11/11/2025). (Foto: NU Online/Sintia)
Tangerang, NU Online
Kementerian Agama (Kemenag) menegaskan bahwa pendidikan di madrasah kini tidak hanya berfokus pada ilmu keagamaan seperti fiqih, sejarah Islam, tauhid, dan adab. Madrasah telah berkembang menjadi lembaga pendidikan yang juga menekankan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk astronomi.
"Madrasah hari ini tidak melulu hanya mempelajari pelajaran fikih, tarikh Islam, tauhid, adab, dan sebagainya. Tapi juga sudah mempelajari teknologi," ujar Wakil Menteri Agama (Wamenag) Muhammad Syafi’i dalam acara Welcoming Dinner Grand Final Olimpiade Madrasah Indonesia (OMI) di Tangerang, Senin (11/11/2025).
Menurut Syafi’i, teknologi juga merupakan bagian dari ajaran Islam, sebagaimana bidang kedokteran, pertanian, kelautan, hingga astronomi. Karena itu, ia mendorong redefinisi pengajaran Islam agar tidak terbatas pada pengetahuan ibadah semata, tetapi juga mencakup seluruh aspek kehidupan modern.
"Kita ingin meredefinisi kembali pengajaran Islam agar tidak sebatas pengetahuan untuk ibadah mahdhah, tapi juga untuk menjalani kehidupan di semua lini, termasuk bidang teknologi," ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa OMI merupakan wadah bagi madrasah menunjukkan kemampuan di bidang teknologi dan sains. Menurutnya, madrasah kini tidak hanya mengajarkan agama, tetapi juga mengembangkan inovasi untuk menjawab tantangan zaman.
"OMI ini adalah rangkaian kompetisi teknologi yang diikuti oleh madrasah di bawah Kementerian Agama. Dulu madrasah ikut Olimpiade Sains Nasional, dan juaranya justru banyak dari madrasah," jelasnya.
Ketua Komisi VIII DPR RI, Marwan Dasopang, mengaku bangga atas kemajuan pendidikan madrasah di Indonesia. Ia menilai, pengakuan terhadap pendidikan keagamaan kini semakin luas.
"Sebagai Ketua Komisi VIII DPR RI, saya bahagia karena diskusi panjang kami di DPR mulai menunjukkan hasil. Pengakuan terhadap pendidikan agama kini datang dari berbagai pihak,” ujar Marwan.
Marwan juga mengingatkan bahwa pendidikan madrasah memiliki peran besar dalam perjuangan bangsa, terutama dalam menanamkan semangat cinta tanah air dan nilai keagamaan.
"Pelaku perjuangan kemerdekaan banyak berasal dari kalangan santri dan siswa pendidikan agama. Itu bukti bahwa madrasah dan pesantren berperan besar dalam sejarah bangsa,” katanya.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Pendis) Kemenag, Prof Amin Suyitno, menjelaskan bahwa OMI merupakan gabungan dari berbagai kompetisi sains madrasah yang sebelumnya terpisah.
"Tahun ini kami gabungkan menjadi Olimpiade Madrasah Indonesia. Tujuannya untuk mendukung program Asta Cita Presiden, khususnya cita keempat, yaitu menciptakan SDM unggul yang terintegrasi," ujar Amin.
Ia menjelaskan, lebih dari 204.000 peserta madrasah dari seluruh Indonesia mengikuti seleksi OMI tahun ini. Hanya 484 peserta terbaik yang berhasil lolos seleksi.
"Ini menunjukkan bahwa madrasah memiliki potensi besar. Anak-anak madrasah kini tidak hanya belajar kajian keislaman, tapi juga melakukan riset empiris, bahkan sampai menemukan inovasi untuk kesehatan dan teknologi,” ujarnya.
Kontributor: Sintia Nur Afifah