Makna Hari Kartini Menurut Ketum IPPNU dan Ketum Kopri PB PMII
Rabu, 21 April 2021 | 12:00 WIB
Jakarta, NU Online
Raden Ajeng Kartini lahir di Jepara, pada 21 April 1879. Tepat hari ini, seluruh bangsa Indonesia tengah memperingati Hari Kartini, tak terkecuali organisasi perempuan di lingkungan Nahdlatul Ulama yakni Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) dan Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri (Kopri).
Menurut Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) IPPNU Nurul Hidayatul Ummah, Kartini merupakan pelopor perempuan di Indonesia. Sebab sosoknya mampu dengan berani menyuarakan aspirasi perempuan. Tak hanya itu, Kartini juga menjadi pelopor literasi dan emansipasi perempuan.
“Jadi, hari ini sangat spesial karena kita diingatkan kembali tentang semangat Kartini pada waktu itu. Beliau mengupayakan agar perempuan-perempuan pada zamannya ini memperoleh pendidikan dan hak-hak yang setara dengan laki-laki,” tutur Nurul dalam Podcast di Kanal Youtube Gerakan Pemuda Ansor spesial Hari Kartini, pada Rabu (21/4) siang.
RA Kartini juga dinilai sebagai pelopor gerakan literasi, karena melakukan komunikasi dengan sahabatnya asal Belanda yakni Nyonya Abendanon melalui surat-surat yang hingga kini masih bisa dibaca dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang.
“Itu bisa kita teladani sampai saat ini, karena masa-masa ini sudah di era yang sangat bebas. Artinya perempuan memiliki ruang, waktu, dan kesempatan untuk bisa lebih memaksimalkan potensinya,” ujar Nurul.
“Jadi Hari Kartini saat ini harus dimaksimalkan untuk bisa mengoptimalkan apa yang ada pada diri kita dan memperjuangkan hak-hak perempuan yang belum teroptimalkan,” tegas Nurul.
Sementara itu, Ketua Pengurus Besar (PB) Kopri PMII Maya Muizatil Lutfillah menekankan, Hari Kartini merupakan momentum bagi warga pergerakan dari kalangan aktivis perempuan untuk mengingat perjuangan Kartini ketika itu dalam memperjuangkan hak-hak perempuan.
“Hari Kartini adalah satu momentum untuk kita sebagai warga pergerakan dan aktivis perempuan untuk selalu mengingat perjuangan-perjuangan Kartini memeprjuangkan hak-hak perempuan,” tutur Maya.
Menurut Maya, RA Kartini juga sangat fokus di bidang pendidikan saat itu. Karenanya, ia berharap agar seluruh aktivis perempuan dan warga pergerakan mampu menjadi melanjutkan dan mempertahankan perjuangan-perjuangan Kartini.
“Kita harus bisa menjadi kartini masa kini atau kartini milenial yang memang harus melanjutkan serta mempertahankan perjuangan-perjuangan beliau,” ujar Maya.
Saat ini, sudah tidak ada lagi sekat ruang antara laki-laki dan perempuan di berbagai bidang, baik di sektor hukum, pendidikan, maupun agama. Dengan demikian, aktivis perempuan saat ini harus bisa memanfaatkan dan mengambil berbagai peluang yang ada di segala sektor.
“Karena sesungguhnya, hari ini mau tidak mau kita harus mengakui, memiliki banyak sekali tokoh perempuan yang secara spesifik mereka fokus di bidangnya dan memiliki posisi strategis untuk pembangunan negeri ini. Mudah-mudahan kita semua tentunya bisa menjadi kartini masa kini dan kartini milenial,” pungkasnya.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Fathoni Ahmad