Makna Istimewa Surat Al Kautsar menurut Prof Quraish Shihab
Selasa, 20 September 2022 | 21:32 WIB
Jakarta, NU Online
Pendiri Pusat Studi Al Qur’an (PSQ) Profesor Muhammad Quraish Shihab menjelaskan makna dan keistimewaan yang terkandung dalam Surat Al Kautsar.
Al Kautsar yang berati memberikan banyak hal, dimaknai secara khusus dengan banyak keturunan. Keturunan itu, kata Prof Quraish bisa dikaitkan dengan anak perempuan, bisa dikaitkan dengan anak lelaki. Di sisi lain, surat ini turun ketika Nabi saw kehilangan putranya.
“Surat ini diturunkan ketika Nabi Muhammad saw kehilangan putranya. Ketika itu banyak ucapan orang yang menyatakan bahwa Muhammad telah terputus keturunannya,” ungkapnya, dikutip dari kanal Youtube Najwa Shihab, Selasa (20/9/2022).
Peristiwa itu, terangnya, menjadi alasan surat ini diturunkan oleh Allah swt khusus untuk Nabi Muhammad saw.
Terlepas dari peristiwa tersebut, mufasir jebolan Universitas Al Azhar, Kairo itu menjelaskan makna dan keistimewaan dari surat terpendek dalam Al Qur’an itu. Walaupun Surat Al-Kautsar adalah surah terpendek, namun menurutnya, memiliki makna yang sangat besar.
“Itu (Al-Kautsar) yang paling pendek dalam Al Qur’an, itu (Al-Kautsar) hanya terdiri dari 3 ayat. Tiga ayatnya, satu ayat huruf-hurufnya sangat terbatas,” ucap Quraish Shihab.
“Jadi satu ayat bisa lebih berarti dari 10 ayat, asal dihayati,” imbuhnya.
Baca Juga
Quraish Shihab dan Islam Nusantara
Diterangkan, Surat Al-Kautsar bertujuan untuk mengajak umat Islam memberikan penghormatan sebesar-besarnya kepada Nabi Muhammad saw. Memberikan penghormatan kepada Nabi saw sebagai Nabi dan juga menghormati Rasulullah sebagai manusia.
“Ada non-muslim yang menghormati Rasulullah, yang pada dasarnya umat non-muslim tidak percaya dengan Nabi. Namun mereka menghormati Rasulullah sebagai manusia,” terang penulis Tafsir Al Misbah itu.
Penghormatan ganda dalam menghormati Nabi, jelas dia, digambarkan oleh Allah dalam Surat Al Kautsar. Bagaimana kedudukan Nabi di sisi Allah SWT dan bagaimana ancaman bagi mereka yang membenci Nabi.
“Ancaman bagi mereka yang membenci, baik membenci ajarannya maupun membenci pribadinya,” katanya.
Cendekiawan berdarah Arab-Bugis itu mencontohkan yang dimaksud membenci Nabi saw, salah satunya adalah memusuhi keturunan Nabi saw. Sebab, makna inti dari Surat tersebut adalah pengagungan kepada Nabi saw, tak terkecuali keturunan-keturunannya.
“ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ, Sesunggungnya pembecimu yang terputus. Makna ayat tersebut adalah memusuhi dan memaki Nabi tidak dikenal lagi keturunannya. Sedangkan keturunan Nabi tersebar di seluruh dunia (ada banyak),” jelas Prof Quraish.
Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Muhammad Faizin