Habib Umar bin Hafidz saat berkunjung di Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Jalan Kramat Raya 164 Jakarta Pusat, Senin (23/9). (Foto: NU Online/Husni Sahal)
Acara ngaji kitab bersama Habib Umar sudah hampir dua tahun dilakukan. Tepatnya sejak bulan Desember 2017. Ngaji dilakukan setiap Rabu minggu pertama setiap bulannya. Biasanya dilakukan secara live streaming atau teleconference langsung dari Tarim, Hadramaut, Yaman di lantai 8 Gedung PBNU. Kitab yang didaras Habib Umar ialah kitab 'adabul 'alim wal muta'alim karya Hadhratussyekh KH Hasyim Asy’ari.
Namun karena bertepatan dengan kunjungan Habib Umar ke Indonesia, maka beliau berkenan berkunjung di PBNU. Menurut Hery Haryanto Azumi, Sekretaris Jenderal Majelis Dzikir Hubbul Wathon (MDHW), makna kunjungan Habib Umar merupakan wujud dukungan terhadap perjuangan Nahdlatul Ulama.
"Kehadiran Habib Umar secara langsung merupakan dukungan terhadap ikhtiar dan perjuangan NU untuk menyelamatkan Indonesia dari ancaman disintegrasi yang disebabkan oleh bertumbuhnya paham-paham radikal transnasional yang ingin mengubah bentuk dan dasar negara," jelas Hery kepada NU Online, Senin (23/9) malam.
Hery yang juga salah seorang inisiator ngaji kitab bareng Habib Umar mengatakan, kegiatan ini adalah kerja sama antar pusat-pusat tradisi pengetahuan Islam dunia. Dalam hal ini antara Tarim Yaman yang merupakan tanah asal para wali dan Indonesia yang merupakan tanah perjuangan para wali.
Di samping itu, sambungnya, jejaring ulama harus dibangun untuk mempersiapkan kebangkitan ruhaniah dan hati umat Islam seluruh dunia. Gerakan Islam ke depan menemukan bentuknya dalam perbaikan moralitas dan akhlak untuk menyelamatkan dunia dari krisis yang berlangsung, krisis mental dan kemanusiaan.
Hery menambahkan dalam berbagai kesempatan Habib Umar selalu menyebut bahwa paham keagamaan yang benar akan mempengaruhi sikap yang benar terhadap masyarakat dan negaranya.
Habib Umar diterima dengan hangat oleh Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj. Kiai Said mengatakan bahwa pertemuan tersebut di antaranya membahas tentang Nahdlatul Ulama, Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja), dan Islam wasathiyah.
“Beliau sangat-sangat NU karena (pengikut) Imam Asy’ari, Imam Syafi’i. Beliau bahkan sangat mendoakan NU, bahkan membaca kitab-kitab karya KH Hasyim Asy’ari di sana, diajar ke murid-muridnya,” kata Kiai Said usai berbincang dengan Habib Umar.
Dikatakan Kiai Said, pada pertemuan itu Habib Umar menyampaikan terima kasih kepada NU karena telah menjadi benteng Aswaja di Indonesia. Atas peran NU, Aswaja hingga kini tetap eksis dan kuat di Indonesia.
“Kalau enggak ada NU, mungkin Ahlussunnah wal Jamaah di Indonesia sudah hilang,” kata Kiai Said menirukan pernyataan Habib Umar.
Pewarta: Fathoni Ahmad