Jakarta, NU Online
Bagi kebanyakan orang, masjid hanya berfungsi sebagai sarana ritual ibadah. Pemahaman ini dinilai menyimpang dari fungsi sesungguhnya yang dipesankan filosofi tata ruang masjid yang terbagi antara ruang dalam dan ruang serambi.<>
Demikian disampaikan Rais Syuriyah KH Masdar Farid Mas’udi di hadapan forum Rapat Pimpinan Lembaga Ta’mir Masjid Nahdlatul Ulama (LTMNU) Region IV DKI Jakarta dan Banten di Asrama Haji Jakarta, Pondok Gede, Jakarta Timur, Sabtu (21/4) sore.
“Ada filosofi yang jarang dipahami oleh masyarakat kita. Sehingga, fungsi sejati masjid menjadi kurang diperhatikan,” katanya.
Menurut Kiai asal Purwokerto ini, bagian dalam dan bagian serambi masjid adalah cermin tentang orientasi hidup manusia yang memiliki hubungan dengan Tuhan (hablum minallah) dan hubungan antar-manusia (hablum minanas).
Konsekuensinya, hal ini menuntut peran masjid, selain sebagai rumah ibadah, juga sebagai rumah menangani persoalan-persoalan umat.
Rasulullah, lanjutnya, telah menerapkan filosofi ini sejak pendirian masjid pertama di Madinah. Beliau menggunakan masjid untuk banyak hal, termasuk menyangkut urusan-urusan pendidikan, ekonomi dan sosial.
“Ini yang membedakan masjid dengan gereja dan tempat-tempat ibadah lainnya.”
Masdar mendorong, masjid-masjid berbasis Nahdliyin untuk kembali kepada filosofi ini. Sebab diakui telah terjadi pergeseran luar biasa mengenai fungsi masjid akhir-akhir ini. Terlebih, masjid menjadi pusat vital yang mempunyai daya jangkau hingga di tingkat paling bawah.
“Bahkan saya bisa katakan, pengurus NU sebenarnya itu ada di masjid, bukan di pusat. Ya, pengurus-pengurus ta’mir itu, karena mereka yang bersentuhan langsung dengan masyarakat,” ujarnya memberi semangat.
Penulis : Mahbib Khoiron