Jakarta, NU Online
Misinformasi, atau informasi salah yang sengaja dibuat, mengenai covid-19 diyakini turut memperburuk keadaan di masyarakat di tengah merebaknya wabah corona seperti saat ini. Walaupun pemerintah beserta sejumlah lembaga non-pemerintah telah melakukan konter terhadap informasi tersebut, namun peredarannya tetap tinggi di masyarakat.
Oleh karena itu, masyarakat diminta untuk tetap mewaspadai informasi yang berkembang berkenaan dengan wabah covid-19. Aktivis Media Sosial, Enda Nasution memaklumi bahwa sebagian besar masyarakat berusaha mencari informasi sebanyak mungkin, yang tak jarang terjebak pada informasi yang kurang valid.
“Sekarang ini banyak informasi yang sifatnya salah atau misinformasi, bukan hoaks yang beredar, karena kita terlalu cepat menyebarkannya tanpa kita menunggu informasi itu bisa dikonfirmasi lagi,” ujar Enda Nasution di Jakarta, Kamis (2/4).
Namun menurutnya, saat ini ia melihat perkembangangn yang cukup baik dalam pengelolaan informasi terkait informasi palsu di tengah masyarakat. Sebab selain faktor keberhasilan pemerintah melalui Kominfo dalam menghentikan peredaran ratusan hoaks di media sosial, ada pula partisipasi aktif lembaga non-pemerintah yang turut memantau perkembangan berita bohong yang kerap menambah keresahan masyarakat Indonesia.
“Dari pemerintah seperti Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) itu membuat platform informasi juga, lalu dari swadaya masyarakat seperti Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) dan dari Pemerintah Daerah seperti Jabar Saber Hoaks untuk mengklarifikasi informasi yang beredar juga sudah,” ungkap Enda.
Ia menyebut, fenomena seperti itu membahagiakan karena keterlibatan unsur non-pemerintah merupakan salah satu kunci sukses menghadapi pandemi corona dan misinformasi yang berkaitan dengannya.
Lebih lanjut, Enda mengajak masyarakat untuk selektif dalam mempercayai sebuah informasi, dan hanya menyebarkan informasi yang bermanfaat yang berasal dari sumber terpercaya. Oleh karena itu, sebagai pengguna media sosial, ia mengimbau masyarakat agar lebih proaktif mendukung penyebaran informasi yang sumbernya valid. “(Masyarakat) bisa membantu penyebaran informasi yang resmi, lalu kemudian juga tidak terlalu gampang untuk berkomentar negative,” kata Enda.
Hingga Kamis, 2 April 2020, Kominfo mencatat sebanyak 421 informasi hoaks yang beredar dan berhasil diidentifikasi. Peredaran informasi tersebut melalui sejumlah platform berbeda, seperti media sosial facebook dan platform chatting whatsapp hingga SMS.
Editor: Ahmad Rozali