Cirebon, NU Online
Perhelatan Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama sungguh membuktikan NU milik rakyat.
<>
Meski forumnya sangat ilmiah, dan delegasi yang datang adalah orang-orang terpilih tingkat wilayah (provinsi), gawe besar NU yang diselnggarakan di Pondok Pesantren Kempak, Palimanan, Cirebon ini dinikmati masyarakat. Tak hanya warga sekitar desa Kempek, melainkan dari berbagai daerah.
Terbukti puluhan bus, ratusan mobil dan kendaraan roda dua berplat nomor macam-macam. Terlihat berasal tak hanya dari Jawa Barat, bahkan. Melainkan juga dari Banten, DKI dan Jawa Tengah.
Mereka bukanlah penggembira yang menonton forum tertinggi kedua setelah muktamar tersebut. Melainkan menikmati aneka hiburan dan stand pameran yang digelar di persawahan kering di sebelah barat pondok Kempek.
Ada panggung besar di tengah sawah yang baru saja dipanen padinya. Setiap sore hingga malam hari sejak tanggal 14 menampilkan atraksi seni maupun alunan musik hadroh.
Artis-artis ibukota pun didatangkan, khususnya yang berjilbab. Juga penampilan grup sholawat lokal dan kolaborasi kesenian Jawa serta atraksi Pencak Silat NU Pagar Nusa. Ada juga tarian model keraton dan drama singkat yang dilakonkan siswa sekolah. Lembaga Seni dan Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) menjadi organizer pentas ini.
Ribuan orang tumpel blek di sawah bertanah keras di musim kemarau ini. Tanpa alas duduk, mereka menikmati bermacam-macam tontonan teresbut. Ribuan pula yang lalu lalang mengelilingi berpuluh stand pameran aneka produk dan jasa.
Di sawah kering pula, puluhan tratak didirikan, yang diisi perusahaan, organisasi, lembaga pendidikan, lembaga pemerintah, dan bakul-bakul makanan untuk menarik minat pengunjung.
Tentu saja, ratusan pedagang dan tukang parkir adakan memanfaatkan keramaian orang tersebut. Mereka berjualan di sepanjang jalan yang dilewati pengunjung, dan banyak pula yang berjualan di antara pepohonan atau di tengah semak-semak sekitar komplek Ponpes Kempek yang diterangi lampu neon.
Mulai yang jualan es sampai mainan anak, yang memamerkan karya kerajinan hingga tukang pijat, dari pelukis kaligrafi sampai tukang sulap, semua mendapat berkah Munas-Konbes NU.
Stand pameran resmi yang disediakan panitia tak pernah sepi dari pengunjung. Di stand berpendingin udara dan beralas karpet ini, digelar aneka produk dan jasa. Ada badan penanggulangan bencana, ada beberapa SMK dan lembaga sekolah swasta, ada stand Lajnah Falakiyah dengan mobil observasi langit dan bintang. Ada pula stand energi surya untuk listrik rumah tangga.
Kurang lebih tiga jam reporter NU Online berkeliling di setiap lokasi, terlihat tak ada dagangan yang tak laku. Tak ada pameran yang tak ramai dikunjungi. Tak ada jasa yang tak terpakai. Bahkan penjual kitab kelas berat macam Tafsir Al-Jailani yang harga satu paketnya Rp 600 ribu, dikerubung juga oleh masyarakat. Dan laku!.
“Suasana pasar malam bernar-benar terasa. Persis seperti haul waliyullah di berbagai tempat. Jika dikatakan bahwa Islam adalah rahmat bagi semesta, ulama adalah pembawa berkah bagi umatnya, hal itu terbukti di acara Munas & Konbes ini,” kata Arif, angota Banser yang menjaga parkir mobil.
Arif mengaku, keluarganya datang ramai-ramai di tempat tersebut. Selain ingin mencium tangan para kyai dan meminta doa ulama, juga untuk menonton pameran di arena Munas.
Penulis: Ichwan