Nasional

Masyarakat Indonesia Diminta Tak Antipati terhadap Industri 4.0

Jumat, 21 Juni 2019 | 13:30 WIB

Jakarta, NU Online
Dunia saat ini telah memasuki era revolusi industri keempat atau disebut juga Industri 4.0. Era ini ditandai dengan penggunaan mesin-mesin automasi yang terintegrasi jaringan internet (internet of things).  Kehadiran era ini tidak bisa dihindari. Keberadaannya sulit dipisahkan dari kehidupan sehari-hari manusia. 

Direktur Eksekutif Inovasi Keuangan Digital Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Tryono Ghani, menilai banyak negara menjadi lebih maju karena masyarakatnya tidak menolak industri 4.0. Indonesia, menurut Triyono, merupakan negara besar. Di tingkat ASEAN, Indonesia sangat besar dan sudah seharusnya mempunyai pengaruh yang besar bagi negara-negara lain. Oleh karena itu, sebagai negara besar, masyarakatnya harus terbuka terhadap industri 4.0.

"Kami ini selalu menekankan bahwa Indonesia negara besar, potensinya besar. Oleh karena itu cara berpikirnya juga harus besar," kata Triyono saat mengisi Focua Group Discussion (FGD) di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Jumat (21/6).

Ia menekanakan keterbukaan masyarakat karena dalam anggapannya, tidak sedikit masyarakat Indonesia yang antipati dan menilai industri 4.0 sebagai pengambat terhadap kesempatan kerja. Bahkan, katanya melanjutkan, ada yang beranggapan bahwa profesi akan hilang akibat industri 4.0.

Ia menampik terhadap anggapan-anggapan tersebut. Menurutnya, kehadiran industri 4.0 telah menciptakan lapangan kerja baru. Sebagai contoh, adanya Ojek Online yang membuka lapangan pekerjaan bagi orang. Konsumen atau penumpang ojek online juga tidak terbatas karena bisa diakses atau diminta siapa pun. Hal itu berbeda dengan ojek pangkalan yang dinilai hanya berdiam diri di tempat dan penumpangnya terbatas di lingkungannya sendiri.

Begitu juga terjadi perbedaan antara toko online dan yang dinilai konsumenya bisa datang dari mana saja karena terbuka untuk diakses.

"Ini contoh kecil bahwa sebetulnya induatri 4.0 tidak semata-mata dilihat dari negatifnya saja, tapi dari segi postifnya juga banyak. Bahkan menciptakan lapangan kerja baru," ucapnya.

Sehingga menurutnya, dengan keberadaan industri 4.0, pendapatan seseorang lebih besar. Akibatnya, kemakmuran pun semakin bertambah. "Jadi saya kira ini sebuah contoh sederhana bagaimana industri 4.0 memberikan peluang," ucapnya.

Selain Triyono, FGD juga diisi oleh pembicara lain, yakni Direktur Pascasarjana Unida Bogor Jaka Santos, Direktur Eksekutif Inovasi Keuangan Digital Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Tryono Ghani, dan CEO Feirbanc Indonesia Haque. (Husni Sahal/Fathoni)


Terkait