“KH Maimoen Zubair adalah sosok ulama besar yang sangat mendalam ilmu agamanya dan luas pula wawasan kebangsaannya, sehingga beliau tidak pernah membenturkan hubungan agama dan negara, dan beliau tentulah ulama yang sangat mencintai tanah airnya, Republik Indonesia,” kata Kiai Ishom kepada NU Online, Selasa (6/8) melalui sambungan telepon.
Menurut Kiai Ishom, kecintaan ulama yang karib disapa Mbah Moen ini terhadap Indonesia sering dikemukakan dalam berbagai kesempatan. Bahkan, sambungnya, Mbah Maimoen berwasiat agar menjaga empat pilar.
“Beliau mewasiatkan kepada kita untuk menjaga PBNU, yang merupakan kepanjangan dari Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945,” ucapnya.
Lebih lanjut, Kiai Ishom menuturkan bahwa Mbah Maimoen sama sekali tidak menginginkan Indonesia hancur. Untuk itu, sambungnya, di antara mencegahnya, Mbah Maimoen berpesan agar para dai dalam dakwahnya menghindari cara-cara kekerasan.
“Beliau juga tidak suka kepada sebagian orang yang dakwahnya dengan menggunakan kekerasan, tentu karena bisa menimbulkan perpecahan di antara warga bangsa ini,” ucapnya.
Sebagaimana diketahui, ulama kharismatik yang lahir pada 28 Oktober 1928 itu telah menghembuskan nafas terakhirnya di Makkah, Arab Saudi pada Selasa (6/8/2019) sekitar pukul 04.17 waktu setempat.
Mbah Maimoen meninggal ketika hendak melaksanakan ibadah haji yang tinggal menghitung hari.
Menurut informasi yang berhasil ditelusuri NU Online, ulama sepuh yang telah mencapai usia 91 tahun itu meninggal di kamar nomor 1423 di tempat penginapannya di Makkah. Beliau sempat dilarikan ke rumah sakit setempat.
Kabar meninggalnya Mbah Maimoen salah satunya datang dari Ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) PBNU KH Abdul Ghafarrozin.
"Innalillahi wa inna ilahi raji'un. Nembe mawon kapundut Simbah Maimoen Zubair wonten Makkah (baru saja wafat Syekh Maimoen Zubair di Makkah)," katanya dalam sebuah pesan singkat. (Husni Sahal/Fathoni)