Memaknai NU Kembali ke Khittah dan Kaitannya dengan Aspek Politik
Kamis, 23 Desember 2021 | 10:00 WIB
Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), H Rumadi Ahmad (Foto: dok NU Online)
Bandar Lampung, NU Online
Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), H Rumadi Ahmad mengatakan, untuk memaknai Nahldatul Ulama kembali ke khittah tidak hanya dari satu,, akan tetapi juga mencangkup aspek lain, termasuk aspek politik. Seringkali ditemukan pemahaman, bahwa berkhittah artinya tidak boleh berpolitik dan menjaga jarak antara NU dan partai politik.
Memberikan sambutan pada peluncuran dan bedah buku Historiografi Khittah dan Politik Nahdlatul Ulama pada Rabu (22/12/2022), hal itu tidak benar, justru dengan berpolitik akan membawa perubahan besar untuk kemashlahatan Nahdlatul Ulama.
"Buku karya Ahmad Baso yang berjudul Historiografi Khittah dan Politik Nahdlatul Ulama akan memberikan pencerahan bagi Nahdliyin tentang bagaimana bersikap dan berpikir untuk merespons perkembangan zaman," kata Rumadi.
Sedangkan Mustasyar PBNU KH Ma'ruf Amin menjelaskan, khittah itu sesuatu yang permanen. Khittah NU adalah melakukan perbaikan-perbaikan. Hadastussyekh KH Hasyim Asy'ari, kata Kiai Ma'ruf, pernah mengatakan NU adalah jam’atus islah yaitu organisasi perbaikan, baik dalam segi keagamaan maupun kemasyarakatan. Menurutnya tidak ada kaitannya untuk memperoleh kekuasaan.
"NU itu ya Khatwah Islahiyah yaitu langkah-langkah melakukan perbaikan, bukan langkah mendapat kekuasaan, karena kekuasaan itu hanya Allah yang memberikan," tegasnya.
Menurut Kiai Ma’ruf, ketika menghadapi umat, NU melakukan langkah-langkah seperti dakwah, dalam hal pendidikan, kegamaan, sosial dan lainya. Sedangkan ketika menghadapi hal kenegaraan, untuk memberi mashlahat di dalamnya maka NU perlu berperan dalam dunia perpolitikan. Karena saat ini politik di Indonesia jauh dari nilai-nilai kegamaan, sehingga NU perlu memberikan perbaikan bagi dunia perpolitikan.
"Hadratussyekh pernah mengucapkan keluhan, telah melemah jiwa kegamaan di dalam perpolitikan Indonesia, bahkan hampir mati akhir-akhir ini. Di sinilah tugas NU memberikan perbaikan di dalamnya," jelas Kiai Ma’ruf.
Ia menambahkan bahwa NU pernah berada di masa hanya fokus kepada politik saja, sehingga pendidikan dan dakwah terbengkalai. Oleh sebab itu, saat ini NU perlu melakukan Khatwah Islahiyah dengan melakukan perbaikan, agar semua aspek dapat dijalankan dengan seimbang.
Kontributor : Siti Maulida
Editor: Kendi Setiawan