Nasional

Menag Minta Konsep Ekoteologi Diterapkan di Pesantren

Selasa, 23 September 2025 | 18:02 WIB

Menag Minta Konsep Ekoteologi Diterapkan di Pesantren

Menag Nasaruddin Umar memberikan arahan pada Ithlaq (pembukaan) Hari Santri 2025 di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Senin (22/9/2025). (Foto: Kemenag)

Jakarta, NU Online

Menteri Agama Nasaruddin Umar meminta konsep ekoteologi juga diterapkan di pesantren sebagai upaya untuk menjaga lingkungan. Menurutnya, ekoteologi bukan sekadar wacana, melainkan praktik nyata yang bisa dimulai dari lingkungan pesantren. 


Program penghijauan, gaya hidup hemat energi, hingga pola konsumsi ramah lingkungan adalah bentuk ibadah ekologis yang sejalan dengan ajaran Islam.


"Dalam agama kita, tidak ada benda mati, semuanya bertasbih. Semakin baik relasi kita dengan alam, semakin tenang kita menjalani peran sebagai khalifah dan hamba Allah,”kata Menag Nasar membuka rangkaian Hari Santri 2025 di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Senin (22/9/2025).


Ia menambahkan, santri juga harus mampu menjadi tokoh untuk menyayangi lingkungan hidup. Santri tidak boleh melakukan tindakan yang mengeksploitasi alam dengan melampaui batas.


"Jadi, semakin bagus relasi kita dengan alam semesta, makin tenang kita jadi kafilah di bumi. Makin buruk hubungan dengan alam semesta, makin tidak tenang jadi kafilah dan tidak tenang jadi hamba," ujar dia.


Ekoteologi Kemenag merupakan konsep keagamaan yang mengintegrasikan prinsip menjaga lingkungan hidup ke dalam ajaran agama, memandang kepedulian terhadap alam sebagai bagian dari ibadah dan pengabdian kepada Tuhan. 


"Penguatan ekoteologi adalah salah satu perhatian utama kami di Kementerian Agama. Kami ingin menggunakan bahasa agama untuk merawat planet kita ini," ujar Menag Nasar.


Kemenag mengadopsi ekoteologi sebagai gerakan bersama dan program prioritas untuk menumbuhkan kesadaran ekologis di masyarakat melalui pendidikan, pembinaan tokoh agama, pengembangan rumah ibadah ramah lingkungan, dan dialog lintas