Mendes PDTT: Pesantren Mampu Lahirkan Generasi Kuat Berbasis Budaya
Ahad, 27 Juni 2021 | 03:30 WIB
Mendes PDTT RI, Abdul Halim Iskanar (nomor dua dari kiri) saat memberikan pengarahan di aula Inaifas Kencong Jember. (Foto: NU Online/Tahrir)
Jember, NU Online
Masa depan Indonesia memerlukan generasi muda yang memiliki kemampuan dan daya juang tangguh sekaligus mempunyai akar budaya kuat. Di antara lembaga yang bisa melahirkan dan mewujudkan generasi unggul seperti itu adalah pesantren.
Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT) RI, Abdul Halim Iskandar saat memberikan pengarahan dalam Pembekalan dan Pelepasan Mahasiswa Peserta Pengabdian kepada Masyarakat Berbasis Riset (PKM-BR) di aula Institut Agama Islam Al-Falah Assunniyah (Inaifas), Kencong, Kabupaten Jawa Timur, Sabtu (26/6) sore.
Ia menegaskan bahwa, tak bisa diragukan lagi bahwa pesantren-lah yang telah dan akan melahirkan generasi yang menjadi 'petarung' (fighter), punya daya tahan yang bagus, dan memiliki akar budaya yang kuat.
Oleh karena itu, kata dia, terbitnya undang-undang pesantren yang didukung penuh oleh Presiden Jokowi, layak di apresiasi. Sebab faktanya, daya juang yang kuat jika tidak berbasis budaya yang kuat pula, akan menjadi berbahaya.
“Nah, itu (daya juang berbasis budaya) adanya di pesantren,” ungkapnya.
Selaras dengan hal ini, dalam menahkodai kementerian yang dipimpinnya, Gus Halim, sapaan akrabnya, juga berupaya membangun desa dengan berbasis kepada akar budaya masyarakatnya. Katanya, semaju apapun desa-desa di Indonesia dan sampai kapanpun, harus tetap bersandarkan kepada akar budaya yang kuat.
“(ini) Sama dengan yang selalu saya gembar-gemborkan dalam upaya membangun desa bahwa desa harus dibangun atas akar budaya masyarakatnya,” jelasnya.
Ia menambahkan, Sustainable Development Goals (SDGs) Desa yang merupakan pelokalan atas tujuan pembangunan berkelanjutan sesuai yang diatur dalam Perpres Nomor 59/2017, berisi 17 goals. Sedangkan SDGs desa 18 goals. Semua ini adalah sebagai tindak lanjut atas gagasan SDGs global di PBB oleh 193 negara.
Salah satunya adalah desa kelembagaan, desa dinamis, dan budaya desa adaptif. Artinya proses pembangunan di desa, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pelaporan harus betul-betul bertumpu pada akar budaya.
“Maka sampai kapanpun Indonesia, semaju apapun Indonesia, tetap tidak akan kehilangan arah dari akar budaya,” terangnya.
Sementara itu, Rektor Inaifas, Rijal Mumazziq Z berharap agar program-program di kampus yang dipimpinnya bisa disinkronkan dengan program Kementerian Desa PDTT. Ia menyebut Inaifas sejak beberapa waktu telah menjalankan program dai mahasiswa. Dengan program itu, Inaifas telah dan akan mengirimkan dai (mahasiswa) ke daerah-daerah terpencil di laur Jawa.
“Ada yang kita kirim ke Suku Anak Dalam Provinsi Jambi, ada juga yang ke Sorong, Papua. Nanti juga akan ada yang kita kirim ke Flores dan Riau,” ucapnya.
Dalam kunjungan dua hari ke Jember, Mendes PDTT, Gus Halim juga dijadwalkan mengunjungi beberapa pesantren. Di antaranya Pesantren Nurul Islam (Nuris) Antirogo, Kecamatan Sumbersari, Al-Qodiri Gebang, Patrang, Al-Falah Karangharjo Silo, Yayasan Pendidikan Islam Bustanul Ulum, Pakusari, dan Raudlatul Ulum, Sumberwringin Sukowono Jember.
Pewarta: Aryudi A Razaq
Editor: Muhammad Faizin