Nasional

Menjadi Ibu dan Praktisi Interior, Anik Rakhmawati Menemukan Keseimbangan

Senin, 22 Desember 2025 | 18:30 WIB

Menjadi Ibu dan Praktisi Interior, Anik Rakhmawati Menemukan Keseimbangan

Anik Rakhmawati (pegang mic) saat diundang dalam acara talk show memetik pucuk batik di UK Petra. (Foto: dok. ig @Libraryatpetra)

Jakarta, NU Online

Peran seorang ibu tidak berhenti di ruang domestik. Di balik kesibukan mengurus keluarga, banyak ibu yang tetap menemukan ruang untuk berkarya dan mengembangkan potensi diri. Salah satunya adalah Anik Rakhmawati, seorang ibu sekaligus praktisi desain interior yang telah menekuni bidangnya sejak 1992.


Anik mengawali kariernya ketika diajak bergabung oleh pemilik perusahaan interior yang juga berprofesi sebagai dosen di Universitas Kristen Petra.


“Mulanya pada tahun 1992 saya diajak oleh bos yang punya perusahaan interior. Kebetulan beliau juga dosen UK Petra untuk kelas D3 sore hari. Lalu pada 1998 dibuka kelas khusus S1 untuk kelas pagi. Ajakan itu berlanjut sampai sekarang,” ujarnya kepada NU Online, Senin (22/12/2025).


Ketertarikan Anik pada dunia desain interior sebenarnya sudah tumbuh sejak masa Sekolah Menengah Atas. Minat tersebut kemudian membawanya melanjutkan pendidikan di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.


“Ketertarikan itu saya mulai sejak duduk di bangku SMA. Setelah kuliah di ISI Yogyakarta dan lulus, saya melamar kerja sebagai desainer interior, sambil menjadi dosen honorer,” tuturnya.


Meski mencintai pekerjaannya, Anik mengakui bahwa dunia interior bukan tanpa tantangan, terlebih bagi perempuan. Ia kerap dihadapkan pada kondisi kerja yang menuntut fisik dan mental.


“Sebagai perempuan, bekerja di proyek interior itu berat. Tim kerjanya mayoritas tukang, lokasinya kadang tidak nyaman, dan waktu kerja bisa dimulai malam hari. Tantangan awal biasanya mencari proyek, lalu membentuk tim, hingga menyiapkan modal usaha,” jelasnya.


Selama berkarier, Anik telah menangani berbagai jenis desain interior, mulai dari perabot hingga produk material. Klien yang ia tangani pun beragam, terutama dari kalangan perkantoran swasta.


“Kebanyakan pesanan datang dari kantor swasta. Mereka lebih menekankan fungsi dan aspek teknis. Perabotan dan material umumnya produk jadi, hanya sebagian yang harus dibuat khusus,” katanya.


Salah satu momen paling berkesan bagi Anik adalah ketika dipercaya menangani proyek besar milik perusahaan telekomunikasi yang dikelola temannya.


“Perusahaan itu terdiri dari tiga lantai dengan sekitar 120 karyawan. Lalu ada proyek kantor lain dengan konsep yang sangat detail dan berstandar internasional, baik dari sisi fungsi, teknik, space program, maupun estetika. Saya merasa bangga karena seluruh ilmu yang saya miliki bisa dipraktikkan,” ungkapnya.


Di tengah kesibukan profesional, Anik menyadari perannya sebagai ibu tetap menjadi prioritas. Dengan segala keterbatasan waktu, ia berupaya hadir untuk anaknya, meski tidak selalu setiap hari.


“Saya sadar setelah menjadi ibu, saya tetap harus mengupayakan waktu bersama anak. Meski tidak setiap hari, saya berusaha hadir. Anak memang membutuhkan dukungan finansial, tetapi kehadiran ibu juga sangat penting,” tuturnya.


Bagi Anik, ibu merupakan penjaga kesejahteraan fisik dan psikologis keluarga. Peran tersebut menuntut kerja sama seluruh anggota keluarga agar tercipta kondisi yang sehat dan sejahtera.


“Dalam perjalanan tentu ada kegagalan-kegagalan kecil. Namun di luar rumah, ibu juga berperan di tengah masyarakat, membangun kepedulian sosial, menjaga lingkungan, dan memastikan anak-anak dapat tumbuh sehat, bahagia, serta bebas belajar,” imbuhnya.


Anik berharap, segala jerih payahnya dapat menjadi teladan dan kebanggaan bagi anaknya. “Saya merasa pernah gagal memiliki otoritas penuh terhadap anak saat usia sekolah. Namun saya berharap masih memiliki kesempatan untuk menutupi kekurangan itu,” ujarnya.


Ia pun berpesan agar para perempuan yang telah menjadi ibu tetap produktif sekaligus meluangkan waktu untuk hadir dalam setiap momen berharga bersama anak.


“Sebelum menebar kebahagiaan kepada orang lain, seorang ibu harus mampu menciptakan kedamaian dalam hatinya. Tugas ibu itu berat, harus kuat, cerdas, terampil, dan senantiasa menebarkan kasih sayang kepada anak-anaknya,” pungkas Anik.