Jakarta, NU Online
Muktamar NU ke-34 kurang beberapa hari lagi. Sejumlah organisasi NU turut serta menyemarakkan acara akbar tersebut. Salah satunya dengan menggelar acara webinar pra-muktamar oleh Asosiasi Penulis dan Peneliti Islam Nusantara Seluruh Indonesia (Aspirasi) bekerja sama dengan Fakultas Syariah UIN KHAS Jember. Acara yang bertajuk Peluang dan Tantangan Satu Abad Nahdlatul Ulama dilakukan secara daring pada Ahad (19/12/2021).
Ketua Umum Aspirasi, Prof KH M Noor Harisudin menuturkan, kontribusi NU untuk negara Indonesia sangatlah besar. Dengan itu, mulai dari sektor pendidikan, ekonomi hingga teknologi dapat menjadi peluang dan tantangan bagi NU sendiri.
"Jika melihat pendidikan, sudah banyak SDM yang ada di NU, baik dari kalangan ulama maupun pengusaha. Karena tidak hanya kuantitas saja, namun harus berkualitas tinggi. Seiring perkembangan zaman, teknologi juga perlu dioptimalkan agar media NU bisa meluas hingga kancah Internasional," tutur Prof Harisudin yang juga Wakil Ketua Pengurus Wilayah Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Jawa Timur.
Di kesempatan yang sama, anggota DPD RI DI Yogyakarta, Hilmy Muhammad menjelaskan NU sebagai organisasi yang besar telah sesuai dengan prinsip masyarakat yang majemuk.
"Adanya prinsip tawazun, i’tidal, tawassuth, tasamuh dan toleransi pada diri NU menyebabkan sangat mudah diterima oleh masyarakat. Salah satu peluangnya adalah pemerintah memberikan kesempatan muktamar untuk musyawarah masa depan NU. Sehingga inilah peluang kita untuk mempertahankan esensi NU,” ungkap Gus Hilmy panggilan akrabnya.
Sementara itu, Ketua Pengurus Wilayah Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jawa Barat, Prof Hj Ulfiah memaparkan, terdapat dua tantangan yang harus anak muda hadapi untuk NU, yaitu persoalan karakter dan kaderisasi. Tantangan ini harus dihadapi oleh semua golongan, tidak untuk kepentingan golongan tertentu.
"Kader sekarang masih banyak diragukan bentuk khidmatnya pada NU, atau ada yang sekedar mencari kepentingan politik. Maka, mari tata hati untuk benar-benar berniat berkontribusi pada NU, NU harus mendunia, eksistensinya harus berperan secara global," ujarnya.
Ketua PW NU Nusa Tenggara Barat, Prof Masnun Tahir menjelaskan, jika NU adalah satu-satunya organisasi yang bertahan dengan segala perjalanan dimensi waktu. Dengan itu, harus ada road map (peta jalan) untuk masa depan NU.
"Peluang sekaligus tantangan NU, di antaranya Sumber Daya Manusia (SDM) yang harus mampu merespons tantangan zaman, konstruksi struktural yang sistematik dan mewariskan nilai karakter yang luhur, karena setiap orang ada masanya dan setiap masa ada orangnya," jelas Prof Masnun yang juga Rektor UIN Mataram itu.
Menurutnya, revitalisasi kegiatan NU harus sesuai dengan prioritasnya, yaitu melayani umat, sehingga ketika mendengar kata NU akan mengenal Islam yang damai, merangkul dan rahmatan lil ‘alamin.
"Pengabdian itu adalah masa ibadah. Masuk tidaknya pada struktural, kita tetap memiliki tanggung jawab membangun NU," pungkasnya.
Kontributor: Siti Junita, Erni Fitriani
Editor: Kendi Setiawan