Nasional

Menteri Desa: NU Konsisten Tanamkan Cinta NKRI ke Desa-desa

Sabtu, 30 Januari 2016 | 20:02 WIB

Menteri Desa: NU Konsisten Tanamkan Cinta NKRI ke Desa-desa

Menteri Marwan (paling kiri) bersama Ketum PBNU dan Plt Ketum Pagar Nusa

Jakarta, NU Online
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Marwan Jafar mengatakan, Nahdlatul Ulama sebagai ormas terbesar di Indonesia secara konsisten berjuang dan menjaga 
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan ideologi Pancasila sebagai landasan. NU menanamkan hal itu hingga ke desa-desa.

“Kerja menanamkan Pancasila dan merekatkan NKRI harus dijalankan bersama-sama dengan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi,” katanya saat menghadiri Harlah NU ke-90 di gedung PBNU, Jakarta, Sabtu (30/1) malam yang diselenggarakan Pimpinan Pusat Pencak Silat NU Pagar Nusa.

Sebagai Nahdliyin sejati, Marwan mengaku sangat memahami bahwa pemahaman tentang Islam Nusantara sangat efektif dalam menanamkan pemahaman Pancasila bagi masyarakat di desa-desa.


"Inilah sebabnya, kita harus menggaungkan cinta NKRI baik secara fisik maupun ideologi ke desa-desa. Jangan sampai globalisasi membuat kecintaan pada tanah air tergerus," ujarnya.

Marwan menambahkan, Nahdliyin yang mayoritas berada di kampung-kampung harus kembali merefleksikan makna Pancasila dan NKRI yang harus terus dihidupkan. Apalagi NU juga memiliki Pagar Nusa yang mampu bergerak tangkas mengawal Pancasila dan menangkal radikalisme.

"Pagar Nusa sebagai pendekar NU harus segera dimunculkan disleuruh Provinsi Indonesia hingga ke desa-desa," imbuhnya.

Pria asal Pati, Jawa Tengah, ini yakin bahwa Pagar Nusa mampu menggaungkan gerakan cinta NKRI baik secara fisik maupun ideologis. "Saran saya, gerakan ideologis cinta NKRI dimulai dari desa-desa. Saya sangat yakin ini bisa," jelasnya.

Menteri Marwan mengingatkan bahwa saat ini bangsa Indoneaia tengah menghadai tantangan serius, ditandai dengan munculnya berbagai ideologi yang melenceng dari semangat NKRI dan Pancasila. "Gerakan ideologi  di luar Pancasila tersebut muncul dari kesalahan persepsi memaknai," pungkasnya. (Red: Abdullah Alawi)



Terkait