Meski Diadakan di Pesantren, Halaqah Fiqih Peradaban Angkat Problem Internasional
Selasa, 11 Oktober 2022 | 10:00 WIB
Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf saat Halaqah Fiqih Peradaban i Pesantren An-Anwar, Maron, Purworejo, Jawa Tengah, Senin (10/10/2022). (Foto: NU Online/Naufa)
Purworejo, NU Online
Realitas perubahan zaman yang semakin pesat direspons Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dengan menggelar forum-forum Halaqah Fiqih Peradaban, setidaknya di 300 titik di Indonesia hingga Januari tahun depan. Ratusan forum tersebut digelar sebagai rangkaian agenda untuk menyambut perhelatan Muktamar Internasional Fiqih Peradaban yang akan dilaksanakan pada Harlah NU 7 Februari 2023 dengan menghadirkan ratusan ulama dari berbagai negara di dunia.
Salah satu forum tersebut digelar di Pesantren An-Anwar, Maron, Purworejo, Jawa Tengah, Senin (10/10/2022). Hadir secara langsung di forum ini, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, Prof Dr KH Machasin MA, serta H Ulil Abshar Abdalla sebagai narasumber. Forum diikuti oleh kiai-kiai muda serta alumni Pesantren Al Anwar dari berbagai daerah di wilayah Kedu dan DIY.
Dalam sambutannya, Pengasuh Pondok Pesantren KH R Mahfud Hamid menyebut bahwa gagasan Fiqih Peradaban merupakan wacana baru bagi para kiai muda, terlebih alumni Pesantren Al Anwar.
"Halaqah ini diharapkan dapat memberikan wacana dan pemahaman baru bagi para kiai dalam membaca dan merespon perkembangan peradaban dunia yang bergerak sangat cepat," tandasnya.
Sementara itu, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf mengungkapkan bahwa forum Halaqah Fiqih Peradaban ini, meskipun di gelar di lingkungan pesantren namun sejatinya isu yang diangkat adalah problem global, problem internasional.
Gus Yahya membeber secara runtut dan detail problematika global yang terjadi sepanjang sejarah dunia hingga saat ini. Ia menyebut, persoalan global semakin meruncing bahkan meningkat secara konstan sejak perang dunia kedua.
"Potensi kekacauan tersebut makin hari kian membesar. NU sebagai organisasi kemasyarakatan keagamaan terbesar di dunia harus mengambil peran dalam mengurai persoalan global tersebut," ujarnya.
Lebih lanjut disampaikannya, melalui Fiqih Peradaban inilah pihaknya ingin semuanya terlibat dalam mencari solusi persoalan global yang terjadi. Dikatakannya, Muktamar Internasional Fiqih Peradaban yang rencananya akan menjadi agenda rutin setiap tahun ini digadang menjadi memontum untuk melahirkan solusi-solusi persoalan global melalui kajian serta riset yang akan terus dilakukan sebagai respons umat Islam terhadap peradaban baru yang muncul.
"NU harus mampu memberikan kontribusi yang nyata bagi peradaban dunia yang kita tahu tantangan global semakin mengkhawatirkan," tegasnya.
Problem utama yang memicu meruncingnya konflik global tersebut antara lain persaingan supremasi adi daya di dunia internasional, konflik antar maupun sesama umat beragama yang marak berkembang serta menimbulkan polarisasi yang luar biasa, hingga ancaman nuklir yang potensi hulu ledaknya bisa menghancurkan enam kali bumi. Ancaman keamanan dunia ini juga berpotensi merontokkan sistem moneter dunia.
"Menghadapi situasi konflik berikut ancaman semacam ini, Islam nyuruh apa? Jihad. Maka perlu dirumuskan strateginya bagaimana supaya kita mampu menyumbangkan penyelesaian konflik global tersebut dengan sebaik-baiknya," tandasnya.
Kontributor: Ahmad Naufa
Editor: Kendi Setiawan