Nasional

Meugang

Rabu, 24 Oktober 2012 | 07:23 WIB

Meugang dibaca megang. Istilah lainnya adalah memeugang. Tradisi  Aceh untuk menghormati datangnya hari-hari besar Islam. Tradisi membeli, mengolah, dan menyantap daging sapi dua hari sebelum datangnya bulan Ramadan (meugang puasa). 

<>

Tradisi yang juga dilakukan pada dua hari menjelang Hari Raya Idul Fitri (meugang uroe raya puasa) dan dua hari menjelang Idul Adha (meugang uroe raya haji).

Meugang yang dilakukan sebelum Ramadan adalah upaya untuk mensyukuri datangnya bulan yang penuh berkah. Meugang pada Idul Fitri adalah perayaan setelah sebulan penuh mensucikan diri di bulan Ramadan. Sedangkan meugang menjelang Idul Adha adalah bentuk terima kasih karena masyarakat Aceh dapat melaksanakan Hari Raya Qurban.

Tidak diketahui secara pasti sejak kapan tradisi ini berlangsung. Namun, menurut cerita masyarakat Aceh, tradisi meugang telah lama dilakukan secara turun temurun. Bahkan, karena kentalnya tradisi ini, para pendatang maupun warga non-muslim turut serta melaksanakan meugang. Tak jarang pula instansi-instansi pemerintah maupun swasta menyediakan daging sapi untuk keperluan meugang bagi karyawannya. 

Tradisi ini konon mampu menyedot perhatian masyarakat Aceh untuk tinggal di rumah, memasak, dan berkumpul bersama keluarga untuk menikmati berbagai hidangan dari daging sapi. Kantor-kantor pemerintahan, swasta, serta lembaga pendidikan biasanya akan sepi. Masyarakat Aceh percaya bahwa nafkah yang dicari selama sebelas bulan lamanya harus dinikmati selama bulan puasa sambil beribadah. 

Setelah daging sapi diperoleh, masyarakat biasanya mengolahnya menjadi berbagai menu masakan, seperti kari, semur, maupun rendang. Selain untuk disantap pada hari itu juga, daging sapi dapat diawetkan dengan cara dijemur dan ditaburi garam untuk dikonsumsi pada hari-hari berikutnya. 

Ada juga yang diolah menjadi daging cuka khas Aceh Besar, yaitu daging sapi yang dipotong berbentuk bonggol-bonggol besar lalu dimasak dengan bumbu yang dilengkapi cuka. Dengan menggunakan campuran cuka yang banyak, maka daging olahan ini dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama. Jika ingin disantap, bonggol daging tersebut dapat diiris-iris seperti dendeng untuk selanjutnya dimasak sesuai selera.

Momen paling bermakna dalam tradisi meugang adalah berkumpulnya keluarga untuk menikmati menu masakan secara bersama-sama. Untuk merayakan dan menghormati tradisi ini masyarakat Aceh yang merantau pun umumnya akan pulang kampung untuk turut menyantap masakan daging sapi pada hari meugang.

Tradisi ini juga dirayakan di daerah Melayu lainnya dengan sedikit perbedaan ritual walau pada dasarnya sama. Mereka mensyukuri datangnya bulan Ramadan yang penuh berkah dan hari raya umat Islam dengan memanjatkan doa-doa, bersedekah kepada sesama, dan saling bersilaturahim. 

Di Jawa, dengan mengambil ritual yang lebih rumit, tradisi ini bernama megengan. Istilah megengan berasal dari kata meng-ageng, yang berarti mengagungkan bulan suci Ramadan. Tradisi di akhir bulan Sya’ban ini biasanya didahului dengan ziarah kubur kepada keluarga yang telah meninggal dan diikuti dengan sedekah massal di masjid atau mushala dengan ciri khas kue apem dan pisang. (Sumber: Ensiklopedi Islam)


Terkait