Nasional

Muslim Muda Australia-Indonesia Terkesan dengan Kiprah Nahdlatul Ulama

Kamis, 18 September 2025 | 13:00 WIB

Muslim Muda Australia-Indonesia Terkesan dengan Kiprah Nahdlatul Ulama

Co-Founder Mosaic Connections AIMEP Rowan Gould saat menyampaikan sambutan pada kunjungan di PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Rabu (17/9/2025). (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Delegasi Australia Indonesia Muslim Exchange Program (AIMEP) 2025 melakukan kunjungan ke Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Rabu (17/9/2025).


Para delegasi AIMEP 2025 disambut oleh Wakil Sekretaris Jenderal PBNU Safira Machrusah dan Pengurus Badan Pengembangan Jaringan Internasional (BPJI) PBNU Abu Bakar Shiddiq. Tujuh dari 19 orang delegasi yang hadir merupakan Muslim asal Australia dan 12 lainnya berasal dari berbagai daerah di Indonesia.


Co-Founder Mosaic Connections AIMEP Rowan Gould mengatakan kunjungan ke PBNU ini merupakan agenda rutin bagi para delegasi AIMEP setiap tahunnya. Ia menjelaskan agenda ini bertujuan untuk memberi kesempatan bagi para delegasi untuk melihat berbagai aspek Islam di Indonesia dan Australia. 


"Indonesia mempunyai lanskap komunitas Muslim yang beragam di mana organisasi seperti Nahdlatul Ulama itu adalah salah satu organisasi (Islam) yang terbesar," ujar Gould.


"Jadi, untuk itu, kita mencoba menyampaikan atau membawa mereka untuk melihat berbagai aspek islam dan civil society di kedua negara," imbuhnya.


Dalam pertemuan tersebut, Wasekjen PBNU Safira Machrusah menjelaskan berbagai kontribusi PBNU dalam upaya menghadirkan agama sebagai solusi dari dinamika konflik global, seperti dengan menginisiasi R20, International Summit of Religious Authorities (ISORA), dan Konferensi Internasional Humanitarian Islam.


"Jadi, tujuan utama PBNU dalam periode Gus Yahya adalah untuk membawa agama sebagai resolusi untuk permasalahan global saat ini, baik dari lingkup dalam negeri, regional, atau internasional," ujar sosok yang kerap disapa Rosa.


Pemaparannya tersebut memantik diskusi ketertarikan para delegasi untuk mengetahui lebih banyak tentang Nahdlatul Ulama. Beberapa di antara delegasi dari Australia merasa takjub dengan fakta bahwa NU adalah organisasi Islam terbesar di dunia yang jama'ahnya mencapai lebih dari 160 juta orang. Mereka penasaran dengan bagaimana pengolahan data dari jumlah besar nahdliyin tersebut.


Salah satu delegasi dari Melbourne, Alaa Karrar, merasa terinspirasi dengan kiprah Nahdlatul Ulama.


"Saya sangat kagum terhadap organisasi (NU) yang sudah berdiri sangat lama sejak 1926 dan terus berkembang. Saya kira apa yang NU upayakan sangat menginspirasi," ujar Alaa.


Ia juga menyampaikan kesan dari pengalamannya melihat langsung komunitas muslim di Indonesia.


"Datang dari Australia dan kami adalah minoritas. Jadi, ini adalah kesempatan yang Masyaallah indah berada di  negara dengan muslim mayoritas ini, mendengar adzan dan melihat orang melakukan ibadahnya bersama. Itu sangat indah," ujar Alaa.


Selain itu, Samintang, seorang delegasi asal Luwu Timur, Sulawesi Selatan yang juga aktivis perubahan iklim, merasa senang dengan adanya kesadaran tentang perubahan iklim yang secara progresif difokuskan dalam lingkup lembaga dalam struktur organisasi NU.


"Saya merasa bahwa NU sangat progresif tentunya. Penjelasan dari Ibu Rosa sangat mengesankan karena di NU ternyata juga sudah ada pusat untuk climate, iklim, dan bencana itu sendiri atau siap siaga," ujar Sami.