Ngatawi Al-Zastrow: Indonesia Itu Tamansari, Tumbuh Aneka Ragam Bunga
Rabu, 16 Oktober 2019 | 21:30 WIB
Mantan asisten pribadi KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang juga Budayawan ternama di Indonesia, Ngatawi Al-Zastrow saat mengisi kegiatan Diskusi Publik PKC PMII DKI Jakarta di Matraman, Jakarta Timur. (Foto: NU Online/Rahman)
Jakarta, NU Online
Perbedaan suku, agama, budaya dan golongan di Indonesia harus mejadi modal dasar anak bangsa untuk mencintai negeri ini. Mencuatnya dinamika yang menjurus pada perpecahan di Indonesia harus disiasati dengan menjadikan perbedaan sebagai sesuatu yang positif dalam pandangan masyarakat.
Mantan asisten pribadi KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang juga Budayawan ternama di Indonesia, Ngatawi Al-Zastrow menjelaskan perbedaan menjadi modal dasar menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara. Agar tidak muncul perpecahan, lanjutnya, masyarakat harus meyakini bahwa Indonesia adalah tamansari, di dalamnya terdapat aneka ragam bunga yang indah.
“Ibaratnya kita harus mengimajinasikan bahwa nusantara itu adalah tamansari, tamansari ini lebih indah kalau bunganya beraneka ragam, ada mawar melati, kenanga kamboja sehingga dari perbedaan ini akan timbul keindahan,” kata mantan Ketua Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi) PBNU 2004-2009 ini, ditemui NU Online seusai mengisi kegiatan Diskusi Publik PKC PMII DKI Jakarta di Matraman, Jakarta Timur, Rabu (16/10) sore.
Paradigma dan persepsi terkait perbedaan, kata dia, harus segera dirubah kepada perumpamaan yang positif. Ngataawi menilai ketika paradigma dan persepsi masyarakat telah berubah maka perbedaan adalah keindahan yang patut dipertahankan.
Sehingga, tanpa diminta oleh pihak manapun, segenap anak bangsa akan menjaga perbedaan yang ada. Sebaliknya, ujar alumni IAIN Sunan Kalijaga ini, ketika masyarakat menganggap perbedaan adalah sesuatu yang mengganggu maka berbagai upaya akan dilakukan untuk menghapuskan perbedaan tersebut.
“Seperti anda menanam Padi, begitu tumbuh, tumbuh juga rumput liar. Ada bunga-bunga liar, maka ini harus dihabiskan karena yang paling hebat (yang dibutuhkan), paling top adalah Padi. Ini tanaman industri (Padi) sehingga di luar tanam industri itu harus dihabisi dihilangkan karena dia menjadi gulma,” ucapnya.
Budayawan yang lahir di Pati 27 Agustus 1966 ini mengungkapkan masyarakat harus segera didorong menjadikan Indonesia menjadi tamansari yang Indah dan menyejukan. Di tempat tersebut ada perbedaan yang menguatkan keutuhan bangsa Indonesia.
Kelompok yang memiliki peran tersebut, tegasnya, adalah para pemuda dan mahasiswa yang masih memiliki idealisme dalam bersikap. Mereka dinilai strategis untuk menjadi pelopor kerukunan bangsa Indonesia.
Kontributor: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Aryudi AR