NU Punya Tanggung Jawab Sosial dalam Merespons Transformasi Digital
Rabu, 5 April 2023 | 03:00 WIB
Jakarta, NU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Muhammad Syafi’i Alieha menyebut bahwa Nahdlatul Ulama (NU) memiliki tanggung jawab sosial dalam mewujudkan kehidupan di dunia yang lebih baik. Selama ini, katanya, NU dianggap hanya bertanggung jawab terhadap masalah pembekalan keagamaan semata. Padahal, NU saat ini memiliki kader yang cukup beragam dengan potensi yang melekat pada tiap-tiap kader NU tersebut.
Begitu pun dengan perkembangan zaman yang terjadi di dunia ini, menuntut agar masyarakat NU tidak hanya mempelajari masalah-masalah keagamaan, namun didorong agar bisa mempelajari ilmu non keagamaan yang lebih beragam. Tentu, katanya, ilmu yang bermanfaat untuk melakukan kebaikan di dunia yang ujungnya juga akan bermanfaat untuk kehidupan di akhirat nanti.
"Meski kita DNA-nya organisasi keagamaan tapi dengan potensi dengan resource, dengan kader, yang dimiliki hari ini, harusnya kita bisa melangkah lebih jauh untuk bisa berkiprah lebih, dalam dunia-dunia atau sektor-sektor non-keagamaan," kata Syafi’i Alieha dalam tayangan Potensi Ekonomi Digital Warga NU Triliunan, Jangan sampai Tertinggal pada kanal Youtube NU Online diunggah Selasa (4/4/2023).
Pernyataan pria yang akrab disapa Savic Ali ini dalam merespons perkembangan digital yang saat ini memiliki potensi besar untuk memberikan dampak yang baik bagi kemaslahatan masyarakat Muslim Indonesia, termasuk di dalamnya adalah warga NU. Bagi Savic Ali, era digital seperti saat ini idealnya bisa dimanfaatkan oleh Nahdliyin untuk mengoptimalkan peranannya di tengah-tengah masyarakat. Dunia digital, katanya, dapat menciptakan kemaslahatan dan kebaikan bagi mereka yang mampu menguasainya.
Menurut Savic Ali, dengan modal akun Youtube, warga NU atau tokoh-tokoh NU dapat memiliki santri dengan jumlah yang mencapai ribuan dan dengan jangkauan yang tak terbatas. Sebagai contoh pengajian online Gus Baha, ribuan orang menonton dan mengikutinya, melebihi jumlah santrinya yang ada di pondok pesantren.
"Karena kalau kita buat pesantren dalam bentuk fisik dengan ribuan orang santri, butuh modal yang banyak dan tidak semua orang mampu untuk membangun pesantren, tetapi dengan kanal Youtube dengan kanal digital dengan media sosial kita bisa menularkan pengetahuan yang kita miliki, yang dimiliki para kiai ke ribuan santri," tutur Savic Ali.
Pernyataan Savic Ali di atas juga selaras dengan amanah Muktamar NU di Lampung Desember 2021 lalu, bahwa dalam konteks ke-NU-an, transformasi digital adalah proses penggunaan teknologi digital untuk menciptakan hal baru atau memodifikasi proses organisasi, budaya, dakwah dan kehidupan Nahdliyin sesuai dengan kondisi terkini. Dari yang sebelumnya konvensional, diubah menjadi lebih sesuai dengan kebutuhan zaman sekarang.
Forum Muktamar NU di Lampung meyakini bahwa transformasi digital bukan hanya soal fisik, tetapi juga soal nilai, pengoptimalan dan kemampuan adaptasi pada saat teknologi informasi digunakan. Secara organisasi, transformasi ini juga menyangkut proses,kompetensi serta manajemen untuk sepenuhnya memanfaatkan peluang penggunaan teknologi digital sekaligus mempertimbangkan dampak bagi pengelolaan organisasi secara keseluruhan serta jalan keluarnya jika mengalami hambatan.
Selain itu, batasan di kalangan NU dalam transformasi ini jelas, mempertahankan yang baik, dan mengambil yang lebih baik (al-muhafazatu ‘alal qadim al-shalih wal akhdzu bil jadidil aslah).Senantiasa berusaha menjaga tradisi yang bernilai baik sekaligus membuka peluang terhadap sesuatu yang datang dari luar yang dinilai lebih baik dan bermanfaat bagi kemajuan organisasi dan warga Nahdliyin.
Baca Juga
Savic Ali: Saatnya Kiai NU Go Online
Kontributor: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Kendi Setiawan