Nasional

Obati Trauma Anak Setelah Terkena Bencana dengan 3L

Sabtu, 5 Oktober 2024 | 14:00 WIB

Obati Trauma Anak Setelah Terkena Bencana dengan 3L

Psikolog Klinis Bianglala Andradewi. (Foto: tangkapan layar kanal Youtube NU Online)

Jakarta, NU Online

Bencana alam dapat meninggalkan dampak mendalam, terutama pada anak-anak. Pengalaman trauma seperti gempa bumi, banjir, atau kebakaran dapat menimbulkan kecemasan, ketakutan, dan perasaan tidak aman. Orang tua dan pengasuh penting untuk memahami cara mengobati trauma pada anak setelah bencana.


Psikolog Klinis Bianglala Andriadewi menyampaikan cara mengobati trauma anak dapat dilakukan melalui 3L, yaitu Look (lihat), Listen, (dengarkan) dan Link (hubungkan).


“Kita bisa lakukan untuk mendampingi anak pasca terjadi musibah atau bencana melalui 3L yang merupakan Look, Listen, and Link,” ujarnya melalui kanal Youtube NU Online pada Sabtu (5/10/2024).


Bianglala menambahkan bahwa 3L ini merupakan bagian dari bantuan pertama psikologis yang diberikan kepada anak dan orang dewasa. “3L ini sebetulnya tidak hanya diberikan kepada anak tapi juga bisa diberikan kepada orang dewasa,” ungkapnya.


Ia menjelaskan bahwa 3L yang pertama adalah Look atau lihat. Orang tua atau pengasuh dapat melihat dan memperhatikan tanda-tanda stres yang terjadi pada anak. Melalui ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan perilaku anak dapat mendeteksi awal adanya tanda-tanda stres. Lingkungan sekitar anak dapat dilihat untuk mengetahui cukup aman dan nyaman atau tidak untuk anak.


“Lihatlah ekspresi wajahnya, bahasa tubuhnya, dan perilakunya, apakah ada perbedaan yang signifikan dari pada biasanya, selain tanda-tanda stres perhatikan juga lingkungan sekitarnya, apakah lingkungannya cukup aman dan nyaman bagi sang anak,” ujar Bianglala.


Alumnus Psikologi Universitas Gadjah Mada itu menjelaskan bahwa 3L yang kedua adalah Listen atau dengar. Orang tua atau pengasuh dapat mendengarkan dengan saksama saat anak menceritakan ketakutan atau trauma yang dialami anak.


“Dengarkan dengan empati apa yang disampaikan atau menciptakan sang anak jangan menyela. Jangan menyalahkan dia. Berikan tempat yang aman, ruang yang aman, dan validasi apa yang dia rasakan. Contohnya kakak yang menenangin adiknya ketika adiknya merasa ketakutan akan bencana yang dialami,” ujarnya.


Ia menjelaskan bahwa 3L yang terakhir adalah Link atau hubungkan. Orang tua atau pengasuh dapat menghubungkan hal-hal atau situasi yang tidak bisa diatasi oleh orang awam, seperti ketika anak kesakitan atau luka dapat menghubungkan ke pihak kesehatan.


“Kita perlu tahu banget nih ke mana kita harus menghubungkan. Misal, ketika sang anak nampak kesakitan atau luka yang sangat parah berarti kita menghubungkan dia ke dokter, ketika anak nampak mengalami trauma yang berat maka kita harus menghubungkan dia ke psikolog dan lain sebagainya,” tambahnya.


Bianglala menambahkan bahwa sebagai orang dewasa, baik orang tua atau pengasuh, harus memahami dan perlu mengetahui semua informasi tentang anak. Dengan begitu, mereka dapat menyampaikan kendala yang ada dan anak dapat ditangani dengan tepat oleh tenaga profesional.