Pameran Best 2024, Suarakan Isu Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan melalui Karya Kreatif
Ahad, 10 November 2024 | 22:45 WIB
Pameran Best hadir 10-16 November 2024 di Yogyakarta, menyuarakan isu Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (KBB). (Foto: Jaringan Gusdurian)
Yogyakarta, NU Onilne
Pameran Best yang menyuarakan isu Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (KBB) hadir pada tanggal 10–16 November 2024 di Taman Peradaban Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Pameran ini adalah bagian dari rangkaian Festival Beda Setara (Best Fest).
Mengangkat tema Sengketa Rumah Tuhan, Pameran Best akan menampilkan berbagai karya infografis, jurnal, buku, foto, dan tulisan sebagai media pameran. Pameran bertujuan memberi tahu isu-isu KBB kepada pengunjung yang hadir.
Pameran Best ini terbuka untuk umum, dan memanggil para akademisi, pegiat KBB, masyarakat umum, pengunjung Festival Beda Setara yang tertarik dengan isu KBB. Pameran bisa didatangi mulai pada pukul 13.00 hingga pukul 21.00 WIB.
Koordinator Panitia Pameran Best, Fatin Ilfi menjelaskan, pameran ini terinspirasi dari kasus-kasus pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan di Indonesia yang dianggap perlu terus disuarakan.
"Kita mengawalinya dengan membahas tentang pelarangan beribadah, utamanya adalah pembangunan rumah ibadah. menampilkan berbagai karya foto dan narasi terkait dengan bagaimana susahnya minoritas mendapatkan izin pendirian rumah ibadah, bahkan rumah ibadah yang sudah terbangun pun justru dirusak,” kata Fatin. Jumat (8/11/2024).
Namun kata Fatin, pelarangan rumah ibadah ini hanya sebagai pintu masuk menuju berbagai kasus-kasus terkait dengan kebebasan beragama dan berkeyakinan di Indonesia.
"Yang lain seperti halnya isu terkait dengan penghayat, hak daripada teman-teman tracer, hak periode teman-teman minoritas, dan lain-lain. Jadi berangkat dari pengangkatan isu rumah ibadah terus kemudian diperlebar ke isu lainnya,” jelas Fatin.
Pameran Best ini akan menampilkan tiga bagian kepada pengunjung, yakni situasi, faktor, dan resolusi tentang kebebasan beragama dan berkeyakinan. Pengunjung yang hadir akan mendapatkan gambaran situasi kasus pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan, salah satunya penolakan pembangunan rumah ibadah.
Selain itu, pengunjung akan diberitahu faktor dari terjadinya pelanggaran KBB melalui penyajian data-data pendukung penyebab sengketa rumah ibadah. Serta, pengunjung bisa melihat bagaimana kegiatan inisiatif dalam penanganan dan penanggulangan kasus KBB oleh organisasi masyarakat sipil.
Penyelenggaraan ini adalah kerja kolektif. Fatin menyebut, banyak jejaring GUSDURian yang tergabung dalam menyukseskan Pameran Best yang akan berlangsung selama tujuh hari tersebut.
"Jadi pameran ini banyak melibatkan jejaring-jejaring yang lain. Kita juga menggandeng Project Multatuli. Mereka punya banyak sekali karakter yang menggambarkan bagaimana susahnya menjadi minoritas di berbagai daerah, terutama dalam konteks kebebasan beragama dan berkeyakinan yang mereka yakini,” jelas Fatin.
Melalui Pameran best ini Fatin berujar, pihaknya ingin kepedulian antarsesama meningkat dalam kasus-kasus pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan di Indonesia.
“Harapannya kita semua punya kesadarannya bersama terkait dengan PR besar kebebasan beragama dan berkeyakinan. Selain itu, kita juga berharap bahwa setiap individu yang peduli dengan kebebasan beragama dan keyakinan ini saling bisa terhubung satu sama lain. Sehingga jika ada yang terjadi, mereka tidak merasa sendirian,” harap Fatin.
Fatin berpesan, kepedulian dan kesadaran tentang pelanggaran KBB ini harus terus dibangun. Keterlibatan banyak pihak sangat dibutuhkan.
“Ada banyak juga orang-orang lain yang juga punya keresahan dan kepedulian sama dengan kita terkait dengan kebebasan beragama dan berkeyakinan yang sampai hari ini masih sangat perlu untuk dikuatkan,” pungkas Fatin.