Pameran Komite Hijaz Gambarkan Perjalanan KH Wahab Chasbullah Temui Raja Arab Saudi
Ahad, 5 Februari 2023 | 12:30 WIB
Ketua Lesbumi KH Muhammad Jadul Maula menyampaikan di tengah Pameran Komite Hijaz di Surabaya, Ahad (5/2/2023). Ia menjelaskan bahwa pameran ini menggambarkan perjalanan KH Abdul Wahab Chasbullah dan Syekh Ghanaim al-Amir sebagai utusan resmi NU untuk bertemu Raja Ibnu Saud tahun 1928. (Foto: LTN PBNU)
Surabaya, NU Online
Lembaga Seni Budaya Muslimin (Lesbumi) PBNU dan Lembaga Ta’lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTN NU) PBNU menggelar Pameran Foto dan Dokumen Komite Hijaz di Hotel Shangri-La, Surabaya, Jawa Timur pada Ahad sampai Senin (5-6/2/2023).
Ketua Lesbumi KH Muhammad Jadul Maula menyampaikan bahwa Pameran Komite Hijaz ini menggambarkan perjalanan KH Abdul Wahab Chasbullah dan Syekh Ghanaim al-Amir sebagai utusan resmi NU untuk bertemu Raja Ibnu Saud tahun 1928.
“Paling tidak, membuka satu ingatan, membuka satu semacam komitmen dan rasa syukur terima kasih kepada para muassis atas perjuangannya, ketika digambarkan naik kapalnya, ketemu banyak orang,” katanya saat memberikan sambutan pada pembukaan Pameran Komite Hijaz di Hotel Shangri-La Surabaya, Jawa Timur pada Ahad (5/2/2023).
Kiai Jadul menjelaskan bahwa keberangkatan ke Hijaz itu dilakukan dengan biaya sendiri. Hal itu juga menggambarkan keikhlasan KH Abdul Wahab Chasbullah dan kuatnya komitmen perjuangan, visinya jauh ke depan. “Mudah-mudahan ini mengambil spirit dan inspirasi, ngalap barokahnya,” katanya.
Kiai Jadul menyampaikan bahwa pameran ini memberikan gambaran mulai dari konteks internasional kemenangan Raja Ibnu Saud ketika memasuki Makkah.
Kemudian, ada perdebatan mazhab hingga proses rapat pemberangkatan KH Abdul Wahab Chasbullah dari Pelabuhan Tanjung Perak, transit di Singapura dan bertemu ulama Ahlussunnah wal Jamaah di sana hingga kepulangannya melalui Pelabuhan Tanjung Priok.
Kiai Jadul menceritakan bahwa para ulama di Singapura itu prihatin terhadap masa depan dari paham Ahlussunnah wal Jamaah. Namun, mereka tidak berani untuk berbicara kepada para ulama Hijaz. Karenanya, pertanyaan para ulama Singapura ke Kiai Wahab, “Apakah Anda tidak khawatir terhadap nyawa Anda sendiri?”
Kiai Jadul menegaskan bahwa hal yang paling penting dilakukan Kiai Wahab adalah bertindak dan menolak diam. Soal keberhasilannya itu takdir. “Berhasil tidak itu takdir. Yang paling penting adalah menghilangkan sikap diam. Melawan menolak sikap diam. Untuk keamanan fisik, beliau ahli silat,” katanya.
Surat yang disampaikan ke Raja Ibnu Saud di antaranya meminta surat balasan mengenai penerimaan terhadapnya dan jawaban atas berbagai poin yang dimintanya, seperti kebebasan bermazhab. “Lima poin, di antaranya meminta jawaban tertulis,” katanya.
Sepulang dari Makkah, Kiai Wahab pulang melalui Pelabuhan Tanjung Priok. Kemudian di Jakarta, ia menemui ulama untuk menceritakan perjalanannya. Kemudian dari Jakarta ke Yogyakarta, Jombang, sampai ke Surabaya untuk rapat resmi PBNU.
Kegiatan ini dihadiri langsung oleh Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf dan jajaran pengurus tanfidziyah, KH Hasib Wahab (Dzurriyah KH Abdul Wahab Chasbullah), dan Ketua LTN NU PBNU H Ishaq Zubaedi Raqib.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Fathoni Ahmad