Ketua Panitia ASEAN IIDC Ahmad Suaedy saat memberikan sambutan pada Pementasan Panji di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. (Foto: NU Online/Suwitno)
Jakarta, NU Online
Setelah sukses menyelenggarakan berbagai forum internasional yang membahas peran agama dalam skala global, Nahdlatul Ulama (NU) kini memandang ke depan serangkaian agenda-agenda lanjutan yang bertujuan untuk mewujudkan visi dialog antaragama, toleransi, dan kemajuan masyarakat.
Hal ini diungkapkan Ketua Panitia ASEAN Intercultural and Interreligious Dialogue Conference atau ASEAN IIDC Ahmad Suaedy pada siniar “Deklarasi ASEAN IIDC 2023, Ada Apa Saja?” di kanal YouTube Swara NU.
Dengan tekad dan semangat baru, Suaedy mengatakan bahwa Nahdlatul Ulama terus berkomitmen untuk menindaklanjuti butir-butir kesepakatan yang dihasilkan dari berbagai forum internasional yang sejak tahun 2022 rutin digelar. NU tercatat telah sukses menggagas sejumlah agenda besar berskala internasional, mulai dari G20 Religion Forum of Twenty atau R20, Muktamar Fiqih Peradaban, dan ASEAN IIDC. Melalui serangkaian tindak lanjut yang konkret, NU bertekad untuk senantiasa menghidupkan semangat dialog antaragama, toleransi, dan perdamaian yang dihasilkan oleh forum-forum tersebut.
“Tentu yang tadi itu baik R20, Muktamar Fiqih Peradaban, ASEAN IIDC itu ada kelanjutan-kelanjutannya yang tidak menggelegar,” ungkap Dekan Fakultas Islam Nusantara Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta tersebut.
Suaedy mengatakan, beberapa agenda yang akan dijalankan pasca gelaran forum-forum internasional tersebut bukan hanya bersifat konsep dan dijalankan oleh pihak-pihak yang telah berpartisipasi dalam forum internasional NU.
“Kalau R20 misalnya, nanti November di India tapi di samping itu ada perubahan perubahan yang melakukannya di wilayah konflik. Kemarin sebelum ASEAN IIDC ada peluncuran prosiding R20,” jelas Suaedy.
“Jadi, bukan hanya secara konsep, tapi juga di tempat-tempat tertentu yang bersifat konflik juga melakukan itu. Kemudian, ini sudah akan jalan lagi Halaqah Fiqih Peradaban kedua setelah Muktamar (Muktamar Fiqih Peradaban Pertama). Mungkin (ini) lebih eksploratif, jadi mungkin sudah mengacu pada hasil dari Muktamar kemarin,” sambung dia.
Dengan tindak lanjut yang konkret dan terencana, Suaedy menegaskan bahwa Nahdlatul Ulama ingin memastikan bahwa semangat forum-forum internasional tidak hanya berhenti pada pemaparan gagasan dan ide semata, tetapi juga mewujud dalam tindakan nyata. NU percaya bahwa melalui langkah-langkah ini, kita dapat membangun dunia yang lebih inklusif, harmonis, dan dipenuhi dengan rasa saling pengertian dan kerja sama antara berbagai kepercayaan dan agama.
Pewarta: Nuriel Shiami Indiraphasa