Pringsewu, NU Online
Nahdlatul Ulama memiliki lambang organisasi yang sangat khas. Tulisan “Nahdlatul Ulama” dalam lambang yang didesain oleh Kiai Ridwan Abdullah ini dipadu dengan sembilan bintang, sebuah tali, dan gambar dunia atau bumi. Posisi gambar bumi ini sangat dominan karena berada di tengah-tengah logo. Gambar bumi ini pun di warnai dengan garis Katulistiwa yang diambil dari huruf ‘dlad’ pada kata ‘Nahdlatul Ulama.
Terkait dengan lambang NU ini, Mustasyar pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Pringsewu, Lampung KH Sujadi menganalogikan gambar bumi yang ada pada lambang NU sebagai sebuah bola. Menurutnya bola ini menjadi manfaat jika bisa mengolahnya dengan baik dan sebaliknya bisa menjadi sebuah kemudlaratan jika tidak dengan baik menjaga serta menggunakannya.
“Kalau kita bisa memainkan bola, maka kita akan bisa membawa bola ini menjadi kesejahteraan. Tetapi kalau tidak bisa memainkan bola, maka kita akan dipermainkan. Kita akan ditendang ke sana, tendang ke sini,” katanya dalam sebuah video Youtube NU Online, Sabtu (22/1/2022).
“Bahkan jangan-jangan menjadi gol bunuh diri, karena kita tidak bisa mengelola bola itu sendiri,” imbuh alumni Pesantren Al-Asy’ariyah Kalibeber Wonosobo Jawa Tengah ini.
Untuk mengelola ini, menurut pria yang karib disapa Abah Jadi, warga NU khususnya para generasi muda NU harus memiliki dan mempertahankan dua hal penting yang sudah diwariskan para ulama NU. Hal itu adalah spiritualitas dan mentalitas. Ke dua hal ini sudah dilatih oleh para kiai dan ulama kepada para santri yang digembleng dengan kedisiplinan belajar dan beribadah sehingga mampu menjadi modal dalam menghadapi masa depan.
“Sehingga ketika santri memiliki spiritualitas dan mentalitas yang tinggi, maka itu akan memungkinkan menjadi dukungan yang kuat untuk menempuh mental yang kuat,” jelas sosok santri yang menjadi Bupati Pringsewu ini.
Untuk dapat mengolah bola ini dengan baik, ia berpesan kepada para generasi muda NU untuk senantiasa giat menuntut ilmu bukan hanya ilmu agama atau ilmu tertentu. Dengan berbagai pengetahuan dan keilmuan yang dimiliki ini, para generasi muda akan dapat dengan baik beradaptasi dengan perkembangan zaman. Dengan modal ini, para generasi muda NU tidak akan mudah kaget dan reaktif dengan fenomena yang berkembang.
“Ojo dadi wong nggumunan (jangan jadi orang yang gampang heran dan kaget). Ketika melihat sesuatu yang berbeda, jangan mudah kemudian segera memvonis dia bersalah. Jangan-jangan ‘pikniknya’ kurang jauh,” imbaunya.
Generasi muda NU harus memegang prinsip yang senantiasa dipegang oleh Nahdlatul Ulama yakni “Al Mukhafadzatu alal Qadimis Shalih wal Akhdu bil Jadidil Ashlah” yakni senantiasa menjaga hal lama yang baik dan senantiasa mengadopsi hal baru yang lebih baik. “Santri harus terus memiliki ide dan kreativitas,” tegasnya.
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan