Jakarta, NU Online
Pemerintah daerah Situbondo, termasuk Dinas Kesehatan, harus bergerak cepat dan tepat menanggapi meninggalnya enam penderita demam berdarah di Situbondo, tegas anggota Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat RI (DPR RI) Nihayatul Wafiroh.
<>
"Pada abad XXI, rasanya kok keterlaluan masih ada orang mati karena demam berdarah. Demam berdarah bukan penyakit rumit. Ini soal manajemen saja. Pemerintah jangan terpaku pada program-program lama, harus ada program-program yang kreatif dan lebih mengena ke rakyat," tegasnya dalam rilis, Jumat (6/2).
Menurut laporan media, selama Januari-Februari 2015, ada enam pasien DBD di Situbondo meninggal dunia. Dinas kesehatan Situbondo menyatakan kejadian ini sebagai "luar biasa." Dinas Kesehatan lantas membuat program Gesit Batik atau Gerakan Situbondo Bersih Jentik guna melawan wabah demam berdarah.
Salah satu bidang kerja Komisi IX DPR adalah kesehatan. Sebagai legislator, Nihayah yang berasal dari daerah pemilihan Banyuwangi, Bondowoso, dan Situbondo berjanji memperhatikan kebijakan-kebijakan pemerintah dalam menangani DBD.
“Percuma pemerintah anggarkan Rp 3,7 trilyun buat Kementerian Kesehatan kalau masalah sederhana terjadi,” ujar anggota DPR RI dari fraksi PKB ini.
Ia berencana akan mengunjungi tempat-tempat rawan DBD dan menginvestigasi pelayanan dan fasilitas-fasilitas di rumah sakit maupun puskesmas-puskesmas untuk mengawasi dan mengevaluasi program-program pemerintah. (Mahbib)