Nasional

Pemerintah Saja Tidak Cukup, NU Harus Genjot Kesadaran Teknologi

Rabu, 28 Maret 2018 | 12:34 WIB

Jakarta, NU Online
Teknologi berkembang begitu pesat. Satu perubahan ke perubahan lagi tidak berjarak begitu lama. Menurut Praktisi Teknologi Elwin Andririanto, negara-negara maju seperti Amerika Serikat (AS) sudah menemukan sumber daya lain di bumi ini. Misalnya mereka menemukan emas yang jumlahnya 80 ribu kali lebih banyak dari yang ada di bumi. Emas tersebut berada di sebuah asteroid.

Jerman, lanjutnya pada kegiatan Ngaji Teknologi di Perpustakaan PBNU, Gedung PBNU lantai 2, Jakarta, pada Rabu (28/3), sudah berhasil membuat matahari buatan di bumi. Bangsa Jerman heboh dengan fusi yang menghasilkan matahari tersebut.

Tak berhenti di situ, alumni Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya itu juga mengungkapkan bahwa teknologi saat ini sudah mampu membuat jantung yang dibuat sedemikian rupa dan dicetak dengan mesin pencetak tiga dimensi. Itu berhasil hidup.

AS sekarang sudah mengizinkan komputer atau kecerdasan buatan itu membuat diagnosis layaknya dokter. Mesin itu tentu lebih canggih daripada ribuan dokter. Pabrik mobil juga sudah dijalankan oleh mesin pintar. 120 dari 200 pekerja adalah petugas keamanan.

Melihat hal tersebut jika Indonesia tidak segera menyiapkan bangsanya maka pengangguran akan meningkat. 

“Kecerdasan buatan akan segera hadir di depan kita sangat powerfull menggantikan profesi-profesi yang saat ini kita anggap superior, dokter, insinyur, pengacara bahkan, itu jauh lebih pandai,” ungkapnya pada kegiatan yang digelar Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) bekerja sama dengan Lembaga Ta’lif wal Nasyr (LTN) dan Lembaga Bahtsul Masail (LBM) PBNU.

Bangsa Indonesia saat ini belum sampai kesadarannya di tahap tersebut. Elwin menyayangkan negara sebesar Indonesia hanya heboh dengann politik saja.

“Kesadaran kita belum sampai menuju ke sana,” ujarnya.

Elwin menyebut bahwa Papua memiliki litium ion, material yang digunakan untuk baterai. Tetapi, bangsa Indonesia belum memiliki kemampuan mengolahnya.

Menurut Elwin, kesadaran terhadap teknologi ini harus dimulai dari NU. Jika pemerintah saja, tidak akan kuat.

“Kalau ini dimulai dari NU, dampaknya akan lebih shock,” ujarnya penuh keyakinan.

Jika satu orang saja berhasil menjadi tokoh teknologi, masyarakat di sekitarnya akan turut berkembang karena terinspirasi dengan kehadirannya, seperti Einstein, Elwin mencontohkan.

Selain Elwin, hadir juga Wakil Sekretaris LBMNU Mahbub Ma’afi. Ia menyampaikan teknologi dari perspektif hukum Islam. Kegiatan itu juga dihadiri oleh Sejarahwan Yul Amrozy yang memaparkan perjalanan bangsa Indonesia.

Sementara itu, Ketua LTN PBNU Hari Usmayadi menyampaikan peta warga NU dan teknologi terkini. (Syakir NF/Abdullah Alawi)



Terkait