Jakarta, NU Online
Hasanudin Ali, peneliti di Al-Vara Riset Centre, mengungkapkan, secara umum karakteristik warga DKI Jakarta dilihat dari sisi ritual keagamaan masih bercirikan NU. Menurutnya, warga yang melakukan Tahlilan, Yasinan, dan Maulid mencapai 80 persen. Tetapi, katanya, secara formal apakah mereka terafiliasi dengan NU, belum kelihatan.
Kepada NU Online, Ali menyebutkan ciri-ciri penganut Islam di kota tidak terlalu dekat dengan ormas tertentu. Ada kecenderungan Islam kota tergabung dengan kelompok berdasarkan interest atau ketertarikan kepada suatu bidang tertentu, misalnya jalan-jalan. Jadi, ormas tidak terlalu cair di perkotaan.
Walaupun demikian, bukan artinya NU tidak bisa berkembang di DKI Jakarta. Upaya memperkuat NU bisa dilakukan dengan beberapa hal. Pertama, menurut Ali, adalah memperkuat basis kekuatan ideologis. Artinya, warga NU mesti diajarkan rujukan dalil amalan-amalan di NU, misal dasar pengamalan tahlilan dan maulid. Jadi ketika ada pihak yang mempertanyakan apalagi menentang, warga NU lebih siap.
Kedua, NU mesti hadir dalam kehidupan keseharian masyarakat. Ini harus dimulai dari lingkup terkecil, misalnya RT. Kemudian agar NU mampu menjawab kebutuhan masyarakat, NU harus melayani mereka dalam berbagai hal.
Ketiga, terkait dengan generasi muda, NU juga harus mendatangi mereka. “Misalnya mereka kumpul di mana, lalu kita dekati dan pikirkan bagaimana komunikasinya. Dewasa ini generasi muda terbiasa dengan pola komunikasi di media sosial. Medsos-lah yang dikuasai mereka. Suka tidak suka kita harus masuk ke dalam dunia mereka,” tuturnya, Rabu (23/3).
Oleh karena itu, ujar Ali, NU harus punya strategi besar untuk melakukan dakwah dan menghadapi perubahan yang terjadi. Menurutnya, pola yang saat ini terjadi di DKI Jakarta, akan tersebar ke berbagai daerah di Indonesia. Ali memprediski 5-10 tahun lagi masyarakat perdesaan akan menjadi kota. Jadi strategi memperkuat NU DKI harus juga dilakukan di daerah lain, terang Ali yang aktif di GP Ansor.
Isu penguatan NU DKI Jakarta menghangat di tengah pelaksanaan konferensi wilayah (konferwil) NU DKI pada 25-27 Maret 2016. Forum permusyawaratan tertinggi NU di tingkat wilayah ini selain menggelar bahtsul masail juga menentukan pemumpin baru warga NU di Ibu Kota. (Kendi Setiawan/Mahbib)