Pentingnya Para Pemimpin Pertajam Intuisi dengan Olah Spiritual
Jumat, 10 Juli 2020 | 23:19 WIB
Jakarta, NU Online
Para pemimpin di berbagai lembaga mulai dari pemimpin sekolah, lembaga swasta apalagi lembaga negara disarankan mempertajam intuisinya (firasat). Hal ini dilakukan dengan cara mengolah spiritualitas melalui beberapa upaya diantaranya dengan menyucikan jiwa, meluruskan niat, menjaga ketaqwaan, dan selalu berusaha mendekatkan diri kepada Allah Swt.
“Terutama menjaga zikirnya kepada Allah, dengan harapan Allah berkenan untuk senantiasa bersamanya, memberikan rahmat-Nya berupa cahaya bimbingan dan petunjuk-petunjuk dari-Nya,” Ujar Hj Rihab Said Aqil dalam kegiatan Zoominar yang diprakarsai LP Ma`arif PBNU, Jum`at (10/7)
Ditambahkannya, kepemimpinan seperti ini merupakan pemimpin ideal dalam pandangan tasawuf karena memiliki kemampuan untuk selalu terhubung dengan Allah dan alam spiritual. Alhasil, semua kebijakan yang dibuat oleh pemimpin tersebut selalu sesuai dengan kehendak ilahi dan prinsip kebenaran.
“Dan prinsip kebenaran tersebut hanya dapat dicapai dengan qalbu atau the higher self,” jelas puteri KH Said Aqil Siroj ini pada acara bertemakan Jalan Sufi: Spiritualitas dan Intuisi Pemimpin di Indonesia pada Era Pandemi.
Pemimpin seperti ini, tambahnya, merupakan pemimpin ideal yang mempunyai korelasi dengan sabda Nabi Muhammad yang menyatakan bahwa seorang pemimpin adalah bayangan Allah di muka bumi karena laku lampah pemimpin tersebut terkoneksi langsung dengan Allah.
“Pemimpin ini harus betul-betul seseorang representatif yang mengikuti prinsip-prinsip kebenaran, yang ber-takhalluq, yang akhlaknya menyerupai ‘akhlak Allah’ karena dia adalah bayangan Allah di muka bumi,” urai doktor Psikologi Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
Hadits tersebut, sambungnya, sesuai dengan dengan firman Allah dalam Hadits Qudsi: Dan hamba-Ku selalu mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah sehingga Aku mencintainya, dan jika telah mencintainya maka Aku menjadi telinganya, menjadi matanya, menjadi tangannya dan menjadi kakinya.
“Artinya Allah akan bersama pemimpin tersebut,” ujarnya.
Untuk mempertajam intuisi, Ning Rihab menyampaikan lima strategi dalam mengembangkan kapasitas intuisi yaitu pertama memperbanyak pengetahuan dan pengalaman, kedua berpikir kreatif yakni memiliki jeda waktu untuk menemukan ide baru yang dalam prosesnya membutuhkan inkubasi.
“Ketiga, melakukan ritual keagamaan, itu sudah tentu pasti,” imbuhnya
Keempat, mindfullness atau melatih kesadaran dan konsentrasi. Strategi ini berguna ketika mendapatkan sebuah informasi betul-betul dalam kondisi sadar sehingga tahu apa yang sedang dilakukan dan bisa menyerap informasi dengan baik dan benar.
“Harus sadar penuh apa yang sedang kita lakukan, apa yang sedang kita bicarakan, apa yang orang lain sedang membisiki kita semuanya harus selalu dalam keadaan mindfulness, sadar penuh dan yang kelima adalah memiliki nilai-nilai moral,” jelasnya.
Dikatakannya, pemimpin pun mestinya melakukan musyawarah sebagai bentuk upaya dalam melakukan konfirmasi sekaligus menguji keakuratan sebuah intuisi agar terhindar dari kesalahan.
Kontributor: Aiz Luthfi
Editor: Muhammad Faizin