Nasional

Pilih Zikir Lirih atau Keras, Berikut Saran Gus Baha

Rabu, 29 Januari 2025 | 20:00 WIB

Pilih Zikir Lirih atau Keras, Berikut Saran Gus Baha

Pengasuh Pesantren Tahfidz Qur'an LP3IA Narukan, Rembang, KH Ahmad Bahauddin atau Gus Baha. (Foto: dok. NU Online)

Jakarta, NU Online

Pengasuh Pesantren Tahfidz Qur'an LP3IA Narukan, Rembang, KH Ahmad Bahauddin atau Gus Baha menyarankan umat muslim ketika zikir kepada Allah untuk tidak terlalu keras maupun terlalu pelan atau lirih. Hal tersebut disampaikannya ketika Khotmil Kitab Bukhari di Pondok Pesantren Darul Qur'an Nurul Abidin Kudus, Jawa Tengah, Senin (27/01/2025).


"Cuma dalam masalah ini, perlu kita ketahui bahwa malaikat itu bukan Tuhan dan tidak memiliki kemampuan seperti Tuhan yang bisa mendengar tanpa batasan. Namun, malaikat pencatat amal baik bisa kesulitan juga mencatat kalau terlalu pelan atau lirih ketika wiridan," katanya.


Menurut Gus Baha, permasalahan wiridan ini pernah terjadi para sahabat Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Kedua sahabat tersebut punya gaya zikir kepada Allah yang bertolak belakang. 


Abu Bakar memiliki cara, kalau wiridan itu lirih atau pelan. Lalu dipanggil Nabi dan bertanya apakah benar informasi kalau Abu Bakar wiridan dengan pelan, maksudnya bagaimana? Lalu Abu Bakar menjawab, yang ia sebutkan itu adalah Allah. Tanpa ia sebut pun, Allah sudah mendengar apa maksudnya. 


"Jadi begini, malaikat Raqib-Atid ketika mendengar suara wiridan lirih seperti Abu Bakar juga kesulitan mengetahui apa yang dibaca," imbuh Gus Baha.


Sementara itu, Umar bin Khattab punya kebiasaan wiridan dengan lantang. Kemudian juga ditanya oleh nabi terkait alasannya wiridan dengan lantang. Umar bin Khattab menjawab itu adalah cara agar dirinya tetap wiridan tanpa rasa ngantuk dan semangat. 


"Robbi zidni ilman nafia. Dalam masalah sosial, ilmu kita itu harus diperbarui terus. Kadang yang kita kira tahu itu, ternyata masih sisi lainnya. Kalau masalah ibadah, sudah ada pakemnya. Karena masalah sosial itu bisa diperdebatkan seperti suara dalam wiridan," tegas Gus Baha.


Lalu Nabi Muhammad memberikan saran kepada Abu Bakar untuk menaikkan sedikit suaranya ketika wiridan. Biar malaikat enak menulisnya. Kepada Umar bin Khattab, nabi berpesan untuk tidak terlalu keras. Sehingga menurunkan suaranya sedikit.


Menurut Gus Baha, inilah namanya ilmu, di awal keduanya terlihat baik-baik saja, tujuan juga baik, tapi yang mendengarkan bukan hanya Allah, juga ada malaikat pencatatat amal yang tidak memiliki kemampuan seperti Allah. 


"Belum tentu malaikat itu mendengar semua, ini bisa dilihat dalam kisah Nabi Yunus yang wiridan di dalam perut ikan di tengah laut. Malaikat lalu lapor Allah, bahwa ia mendengar ada orang yang menyebut nama Allah cuma tidak jelas siapa yang berzikir tersebut dan kalimatnya apa," tutupnya.