PKBM Anak Nagari Indonesia, 17 Tahun Berkiprah untuk Berikan Pendidikan Layak bagi Anak Putus Sekolah
Jumat, 12 September 2025 | 12:00 WIB
Jakarta, NU Online
Di sudut wilayah Penjaringan, Jakarta Utara, berdiri sebuah lembaga pendidikan alternatif bernama Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Anak Nagari Indonesia.
Lembaga ini hadir sebagai ruang bagi anak-anak yang tidak tertampung di sekolah formal, tetapi mereka tetap berhak mendapat pendidikan yang layak.
Kepala PKBM Anak Nagari Indonesia, Nursariyati menuturkan bahwa lembaga pendidikan ini telah berkiprah selama 17 tahun untuk anak-anak yang terpinggirkan dan putus sekolah. Awalnya, PKBM Anak Nagari Indonesia ini berpindah-pindah lokasi dari Tangerang, Bekasi, hingga akhirnya menetap di Penjaringan.
"Kami sempat kesulitan urusan perizinan. Baru sekitar tujuh bulan lalu izin resmi di Jakarta bisa kami dapatkan. Alhamdulillah, di sini prosesnya lebih mudah karena sudah berbasis online," ujar Nur, kepada NU Online, dikutip pada Jumat (12/9/2025).
Ia menjelaskan, metode pembelajaran di PKBM ini menggunakan Kurikulum Merdeka yang berbasis proyek. Anak-anak diajak mengidentifikasi persoalan nyata di sekitar mereka, lalu mencari solusi melalui proses belajar bersama.
“Kita ingin memanusiakan hubungan. Anak-anak survei dulu masalah di lingkungannya, lalu kita pecahkan bersama. Jadi belajar itu berangkat dari kebutuhan nyata mereka,” jelasnya.

Jumlah peserta didik di PKBM ini sekitar 12 anak. Meski tidak banyak, Nur menekankan disiplin yang ketat.
“Kalau tiga hari tidak masuk tanpa keterangan, kami akan panggil. Kalau tidak serius, lebih baik mundur. Karena yang kami butuhkan bukan biaya, tapi kesungguhan anak-anak untuk belajar dan berubah,” tegasnya.
Meski berdiri dengan dana pribadi, Nursariyati berharap pemerintah dan pihak swasta melalui program CSR bisa ikut mendukung keberlangsungan PKBM.
“Selama ini pemerintah hanya menilai sekolah dari delapan standar. Padahal sekolah nonformal seperti kami butuh standar berbeda. Harapannya, ada kebijakan yang lebih berpihak dan memudahkan,” katanya.
Ke depan, PKBM Anak Nagari Indonesia bertekad memperluas jangkauan agar semakin banyak anak bisa belajar.
“Kalau mereka tidak diterima di sekolah formal, bukan berarti selesai. Di sini masih ada ruang. Kami ingin jadi bukti bahwa setiap anak tetap punya kesempatan untuk bersekolah,” terangnya.
Kegiatan belajar dilakukan tiga kali dalam satu pekan. Dua hari lainnya diberikan untuk tugas mandiri, agar anak-anak bisa menyesuaikan dengan kondisi mereka yang harus membantu orang tua atau bekerja.
Di balik keterbatasan fasilitas, murid-murid PKBM Anak Nagari menyimpan impian besar. Nisa Nuriani (16), misalnya, bercita-cita menjadi dokter.
"Aku ingin pintar supaya bisa menghasilkan uang dan membahagiakan orang tua. Impianku juga bisa membangun rumah untuk mereka," ungkapnya.
Sementara itu, Mikail (10), siswa kelas 5, punya cita-cita lain. Ia ingin menjadi atlet panjat tebing dan kelak mewakili Indonesia. Bahkan, ia pernah menjuarai kompetisi atlet panjang tebing kategori anak tingkat provinsi.
"Pelajaran yang paling kusukai itu tentang keberagaman. Kita diajari menghormati perbedaan ras dan agama. Kalau besar nanti, aku ingin jadi atlet olahraga," ucapnya polos.