Potensi Besar Ekonomi Nahdliyin Ibarat 2 Mata Pisau: Bisa Jadi Keuntungan atau Kerugian
Jumat, 19 Mei 2023 | 19:00 WIB
Jakarta, NU Online
Memasuki abad kedua usianya, Nahdlatul Ulama yang kini dikomandoi oleh KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya berupaya menjadi sebuah entitas digdaya yang menebar banyak kemaslahatan. Dalam banyak kesempatan, Gus Yahya menyebut beberapa upaya untuk menjadikan NU digdaya menjajaki abad kedua, salah satunya berkaitan dengan kemandirian ekonomi Nahdliyin.
Berbagai langkah mencapai kemandirian ekonomi umat dilakukan, termasuk pendirian Badan Usaha Milik NU (BUMNU) Grosir di Jember, Jawa Timur.
Melihat spirit NU dalam pemberdayaan ekonomi umat, Pengamat Ekonomi Institut Pertanian Bogor (IPB), Jaenal Effendi menilai jumlah populasi NU yang besar perlu dimanfaatkan dengan baik.
“Jumlah warga NU yang besar kalau bisa dimanfaatkan dengan baik, maka akan menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi bangsa,” ungkap Jaenal kepada NU Online, Kamis (18/5/2023).
Ia melihat, potensi tersebut ibarat dua bilah mata pisau. Jika tidak dimanfaatkan dengan baik, maka NU akan kehilangan momen dalam mewujudkan kemandirian ekonomi umat.
“Kalau ini tidak diarahkan dengan baik, maka mata pisau yang lainnya akan merugikan. Ini potensi yang cukup besar dan harus dikelola dengan baik,” papar dia.
Menurutnya, potensi-potensi ekonomi Nahdliyin yang dapat dikembangkan tersebar di berbagai sektor. “Banyak sektor yang bisa dikembangkan,” ujar Wakil Ketua Lembaga Perekonomian Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LP PBNU) masa bakti 2015-2020 itu.
Baca Juga
NU dan Kemandirian Ekonomi Pertanian
Adapun beberapa sektor tersebut, sambungnya, meliputi perikanan, peternakan, pertanian, perbankan syariah, ekonomi digital, dan industri kreatif.
“Luasan wilayah Indonesia yang didominasi oleh laut akan menguntungkan masyarakat. Ini perlu disusun strategi bagaimana masyarakat bisa memanfaatkan sumber daya. Ikan yang berlimpah akan menjadi potensi. Kita bisa melakukan ekspor ke luar negeri,” jabarnya.
Selain itu, Jaenal menilai Nahdliyin juga bisa diarahkan pada produksi industri halal. Hal ini mengingat Indonesia merupakan salah satu pasar konsumen halal terbesar dunia. Tak berhenti di situ, posisi Indonesia sebagai produsen halal dunia juga menjadi pertimbangan.
“Penyediaan fasilitas umrah dan haji berkenaan produk makanan. Kebutuhan haji di Juli-Agustus mendatang ternyata yang mensuplai dari Thailand, Filipina Vietnam dan Indonesia jadi penonton. Ini perlu dikembangkan, ini ceruk ekonomi yang bisa digagas oleh warga Nahdliyin. Halal industri,” jabarnya.
Sementara pada fashion mode, Jaenal melihat adanya peluang besar bagi Nahdliyin, melihat jumlah masyarakat Muslim Indonesia yang mendominasi populasi penduduk Indonesia.
Jaenal menambahkan, potensi ekonomi Nahdliyin di berbagai wilayah dengan sumber daya alam yang beragam, pada akhirnya memerlukan fasilitas teknologi yang memadai dalam proses pemasarannya.
“Sektor UMKM baik di pertanian, peternakan, perikanan semuanya bisa kita perdagangkan dari satu ke lainnya belum kemudian UMKM handycraft harus di-frame. Menciptakan teknologi yang canggih untuk membantu keperluan jual-beli. Ini juga harus dikembangkan melalui high technology,” tutup dia.
Pewarta: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Fathoni Ahmad