Nasional

Prabowo Ingin Anak TK Belajar Matematika, Pengamat Soroti Kesiapan Kognitif agar Tak Jadi Beban

Jumat, 1 November 2024 | 14:00 WIB

Prabowo Ingin Anak TK Belajar Matematika, Pengamat Soroti Kesiapan Kognitif agar Tak Jadi Beban

Gambar hanya sebagai ilustrasi berita. (Foto: freepik)

Jakarta, NU Online

Penanaman pendidikan matematika dari usia dini menjadi hal yang ditekankan oleh Presiden Prabowo Subianto kepada Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti. Namun, konsep matematika untuk pendidikan anak usia dini yang dimaksud oleh pemerintah masih dikaji.


Pakar Pendidikan dari Universitas Negeri Semarang (Unnes) Edi Subkhan menekankan pentingnya kejelasan terkait materi matematika yang akan diajarkan dan metode pengajaran yang sesuai untuk anak-anak usia dini.


Ia menyarankan agar pendidikan matematika di tingkat PAUD dan TK mencakup konsep dasar seperti pengenalan bilangan, hitungan dasar, bentuk, ruang, pengukuran, dan kesadaran waktu.


“Tentunya bukan yang rumit-rumit ya, tentu saja boleh dan bahkan wajib,” kata Edi kepada NU Online, Jumat (1/11/2024).


Menurutnya, pelajaran matematika yang tidak sesuai dengan kesiapan kognitif anak akan bisa menjadi beban. Prinsipnya, kesiapan belajar anak. Jika anak PAUD dan TK sudah siap secara kognitif, maka mereka bisa diberikan pengalaman belajar matematika.


“Kalau anak usia PAUD atau TK secara kognitif sudah siap maka bisa saja diberi pengalaman belajar matematika dengan gradasi materi yang beragam dari yang sederhana hingga yang agak kompleks,” tuturnya.


Secara teoretis, lanjut Edi, cara berpikir anak-anak usia PAUD belum sampai pada abstraksi matematik. Jika materi yang terlalu abstrak dipaksakan maka mereka (anak-anak) cenderung hanya menghafal tanpa memahami.


“Pemaksaan ini yang justru merusak karena fondasinya salah. Ada hal fondasional yang tidak dikuasai anak karena guru terobsesi anak-anak PAUD yang dididiknya bisa langsung bisa menghitung sesuatu, dan sejenisnya,” kata Edi.


Edi menggarisbawahi pentingnya pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kesiapan anak agar tak menjadi beban. Dalam banyak kasus, obsesi orang tua yang diberikan ke guru PAUD justru jadi beban buat anak-anak.


Kurikulum Merdeka sebelumnya telah memberikan pelajaran matematika dasar di PAUD yang lebih menekankan pada pengenalan bilangan, simbol, dan perhitungan dasar.


Namun masalah muncul ketika anak-anak terlalu diforsir untuk menghitung dalam jumlah banyak yang memerlukan cara berpikir abstrak.


“Jika anak-anak PAUD relatif belum siap, maka hal ini akan merusak dan jadi beban. Melihat pada kebijakan pemerintah tersebut, rasanya sudah cukup, yang perlu dipikirkan justru adalah pendekatan pembelajarannya, konsistensi dan kemauan guru melihat kesiapan kognitif anak-anak didiknya,” ungkap Edi.


Edi juga menekankan perlunya mengajarkan cara berpikir matematis sejak dini atau mathematical thinking. Sebab mengajarkan anak-anak berpikir matematis ketika menemukan sesuatu sangat penting.


Contohnya, anak-anak perlu memahami cara berbagi termasuk pembagian yang harus sama besar atau tidak. Pemahaman dasar ini juga membantu mereka memperkirakan jarak saat beraktivitas demi keselamatan.


“Pemahaman dasar matematis juga dapat membantu anak-anak memperkirakan jarak antarteman saat senam, atau jarak mereka dari benda di sekitarnya demi keamanan. Kemampuan tersebut tentu penting,” ujarnya.


Edi menyarankan agar fokus utama di jenjang PAUD adalah membentuk karakter baik, pengetahuan-pengetahuan dasar tentang diri, keluarga, lingkungan melalui pembelajaran yang menyenangkan. Jargon untuk PAUD yang masih relevan dipakai yakni belajar sambil bermain, bermain sambil belajar.


“Jangan salah, anak bermain lego, balok-balok, puzzle, bermain peran itu mengasah imajinasi anak. Kemudian mengenal bentuk, ruang, ukuran, ketepatan juga membentuk karakternya,” jelas dia.


Perkembangan dan pertumbuhan fisik dan jasmani anak juga penting hal ini untuk melatih dan mengasah keseluruhan indra yang dimiliki. Sebagaimana yang diajarkan di Taman Siswa dengan fokus optimalisasi indra dan kegiatan fisik, mental, serta emosional.


“Dulu untuk anak-anak di Taman Siswa disebut sebagai Taman Indria, fokus pada optimalisasi indra siswa, olah jasmani, rohani, olahraga, olah pikir, olah rasa,” tandasnya.


Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto menginstruksikan kepada Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu'ti, untuk mengenalkan pelajaran matematika semenjak usia dini. Bahkan dalam perbincangan keduanya, Abdul Mu'ti menyebut harapan Prabowo agar anak usia TK sudah dikenalkan matematika.


“Tadi ada tawaran bagaimana pelajaran matematika di tingkat SD, kelas 1-4 dan mungkin mengenalkan matematika untuk anak-anak di tingkat TK,” kata Mu'ti di Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (22/10/2024).


Mu'ti menjelaskan jika matematika menjadi kunci dasar dalam pengembangan sains dan teknologi di Indonesia. Ia menyebut Prabowo memiliki perhatian besar kepada penguasaan sains dan teknologi di masa depan.


“Ya karena beliau sangat concern peningkatan kualitas sains, teknologi dan kalau kita bicara sains dan teknologi, kan salah satunya adalah matematika,” katanya.


Prabowo menginginkan kualitas pembelajaran matematika di Indonesia diperbaiki. Salah satu konsekuensi dari perbaikan itu adalah peningkatan mutu dan kualitas guru matematika.


“Tadi (Prabowo) menekankan pentingnya kualitas pembelajaran matematika dan bagaimana metode pembelajarannya diperbaiki. Termasuk di dalamnya ya konsekuensi untuk itu pelatihan guru matematika,” ucapnya.